IPOL.ID – Universitas Pancasila (UP) mengukuhkan tiga guru besar di Kampus UP, Jakarta, Rabu (15/9/2021). Menariknya, ketiga guru besar UP yang dikukuhkan tersebut adalah perempuan.
Hadir dalam acara tersebut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbud Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D., IPU., ASEAN Eng, Kepala LLDikti (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah III Kemendikbud Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc, dan Rektor UP Prof. Dr. Edie Toet Hendratno, SH., M.Si., FCBArb.
Ketiga Guru Besar UP yang dikukuhkan masing-masing yakni Prof. Dr. Sri Widyastuti, SE., MM., M.Si dalam Bidang Manajemen Pemasaran Strategik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (GB ke 17), Prof. Dr. apt Ratna Djamil, M.Si dalam Bidang Ilmu Kimia Bahan Alam Fakultas, Farmasi (GB ke 18), dan Prof. Dr. apt. Yusi Anggriani, M.Kes dalam Bidang Farmasi Klinis dan Komunitas Fakultas Farmasi (GB ke 19).
“Hari ini merupakan hari yang sangat istimewa bagi Universitas Pancasila karena mengukuhkan sekaligus tiga guru besar dalam bidang Ilmu Ekonomi dan Farmasi,” ucap Rektor UP Prof. Dr. Edie Toet Hendratno pada ipol.id, Rabu (15/9).
Dengan pengukuhan ketiga guru besar tersebut, Edie berharap dapat menginspirasi para dosen tetap lainnya untuk segera mencapai posisi serupa. Menurutnya, dengan banyaknya dosen tetap bergelar doktor dengan jabatan fungsional Rektor kepala berarti berpotensi untuk menambah guru besar dalam jumlah yang cukup banyak.
”Tentu, dengan kemauan yang keras, mereka pasti juga mampu mencapai jabatan guru besar ini. Perlu dipahami, bahwa pencapaian guru besar ini bukan saja merupakan capaian pribadi sebagai seorang dosen, namun juga menjadi capaian institusi yang sangat penting,” ujarnya.
Menurut Edie, UP juga menerima permohonan beberapa guru besar yang ingin bergabung. Pada saat ini, pihaknya dalam proses pencocokan bidang keilmuannya. ”Dengan bertambahnya guru besar yang bergabung di Universitas Pancasila, maka berarti akan semakin meningkatkan mutu akademik Universitas Pancasila,” paparnya.
Edie mengungkapkan, UP memiliki 21 guru besar tetap dan 29 guru besar tidak tetap.
Sebagai bagian dari masyarakat, perguruan tinggi turut memegang peran keberlangsungan peradaban bangsa dan juga mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perguruan tinggi tidak sekadar berfungsi mencetak sarjana, magister, maupun doktor, melainkan juga harus mampu melahirkan seorang guru besar.
”Kampus yang mampu mencetak seorang guru besar, hal ini mengandung arti bahwa seorang guru besar pada hakikatnya adalah seorang pendidik, sekaligus peneliti yang hasil penelitiannya ditunggu oleh masyarakat luas sebagai bagian dari wujud pengabdian,” tuturnya.
Dikatakannya, pencapaian guru besar oleh seorang dosen merupakan penghargaan yang sangat tinggi dan prestisius yang diberikan oleh pemerintah. Tidak semua orang, khususnya dosen, mampu meraih dan menyandang gelar guru besar. Tentu saja, motivasi seorang dosen dalam meraih gelar tertinggi ini bukan karena aspek sosial dan materiil, melainkan idealisme tinggi untuk memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
”Di samping itu, peran guru besar menjadi sangat penting sebagai pelopor inovasi melalui pendidikan, riset, dan pengabdian serta karya besar untuk promoting juga meningkatkan image Universitas Pancasila,” tegasnya. (ibl/msb)