IPOL.ID- Kudeta militer di Sudan kian panas. Beberapa jam sebelum militer Sudan melancarkan kudeta, utusan khusus AS untuk Afrika sempat memperingatkan para jenderal untuk tidak mengambil langkah terhadap pemerintahan sipil, atau mengganggu transisi demokrasi.
Kunjungan Jeffrey Feltman ke Khartoum sempat menghasilkan kesepakatan antara militer dan sipil akhir pekan silam. Tapi setelah dia pulang, Senin (24/10) dini hari serdadu bersenjata lengkap mengepung kediaman pejabat sipil pemerintah, sebelum akhirnya Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan kudeta.
Hingga saat terakhir, para jenderal masih berusaha menekan Perdana Menteri Abdalla Hamdok untuk membubarkan kabinet dan menyusun pemerintahan baru dengan dominasi militer.
Jika patuh, Hamdok akan dibiarkan mempertahankan jabatannya, klaim sejumlah diplomat dan pembantu utama perdana menteri Sudan kepada Reuters.
Hamdok pada akhirnya menolak tunduk.
Keputusan militer mengabaikan peringatan AS ikut mengubah haluan diplomasi Khartoum. Usai jatuhnya diktatur Omar al-Bashir 2019 silam, Washington banyak berinvestasi demi transformasi demokrasi di Sudan.