IPOL.ID – Pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan sosial yang tidak direncanakan. Perubahan sosial yang terjadi secara sproradis (secara tiba-tiba dan tidak merata) dan tidak dikehendaki.
Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Haris Pertama mengatakan, keadaan ini mengubah kebiasaan dan kehidupan dalam semua aspek. Di mana kegiatan pemerintahan dan perusahaan swasta meniadakan kegiatan di kantor.
“Semua universitas dan sekolah melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar dari rumah secara virtual. Tak ketinggalan pemenuhan kebutuhan rumah tangga melalui online shop yang di sediakan oleh perusahaan e-comercee,” ujar Haris dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/11).
Menurut Haris, hal ini mengantarkan masyarakat secara tidak langsung untuk membiasakan diri menuju era society 5.0. Di mana kebutuhan atas ketersediaan teknologi dan informasi saat ini menjadi jalan pembuka konsep revolusi yang dicetuskan oleh Jepang diterapkan di Indonesia.
“Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap wabah yang sedang melanda dunia, dengan membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang lain namun disisi lain kehidupan harus terus berjalan,” ujar Haris yang juga mahasiswa Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya.
Dalam Era society 5.0 komponen utamanya adalah manusia, dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
Menurut Haris, masyarakat dalam era society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industry 4.0. Di masa society 5.0 manusia dituntut untuk dapat lebih memiliki kemampuan memecahkan masalah kompleks, berfikir kritis, dan kreatif.
“Erick Thohir (Menteri BUMN) dalam pemaparannya pernah mengatakan, bahwa saat ini era Society 5.0 menghasilkan banyak transformasi dan disrupsi digital,” ujar dia.
Hal ini merupakan suatu peluang, namun juga sebagai ancaman bagi sumber daya manusia khususnya generasi milenial.
“Pada tahun 2005, 10 perusahaan terbesar di dunia merupakan perusahaan yang bergerak pada pengelolaan sumber daya alam, namun saat ini 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia merupakan perusahaan yang berbasis pada teknologi,” sambung Haris lagi.
Data ini mengindikasikan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran tren ekonomi, dari berbasis industri menjadi berbasis teknologi digital.
Dan kabar buruknya pandemic membawa kita lebih cepat ke era society 5.0. Indonesia sebagai negara yang berpenduduk padat mendapat bonus demografi pada tahun 2030-2035, dengan kelompok usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif
Mengingat internet user 2020 mencaoai 177,5 juta artinya 64 persen pentrasi nasional, naik 25 juta atau 17 persen dari tahun sebelumnya.
Mengutip laporan Telekomunikasi Internasional (ITU) setiap 10 persen pertumbuhan boardband dapat meningkatkan GDP 1,5 persen.
“Jika sikapi dengan cermat tidak selamanya pandemic covid ini membawa dampak yang negative, karena dengan keterdesakan keadaan yang mengharuskan segala sesuatu dilakukan secara daring dapat mengadaptasi masyarakat, pemerintah, dan kalangan swasta untuk melek teknologi dan informasi digital,” terang Haris. (rob)