Sebagai perbandingan lanjutnya, kepribadian bangsa yang tetap dipertahankan dipraktikkan oleh bangsa-bangsa penganut konfusianisme Jepang, Korea, China, dimana konfusianisme diajarkan sejak dari SD. Begitu pula dengan etos dan seni budaya yang merupakan aspek penting dalam menanggapi aneka corak kehidupan.
Abdul Hadi juga menyoroti terjadinya krisis moral parah dan rendahan, dengan terjadinya berbagai peristiwa korupsi dan manipulasi yang menghancurkan kehidupan sosial politik nasional.
“Dibutuhkan kembali kebangkitan akan nilai moral yang berstandar tinggi untuk membenahi iklim kehidupan di berbagai sektor,” sambung dia.
Abdul Hadi juga menyinggung perlunya diperkuat dan dipahami ihwal kearifan lokal. Menurutnya kearifan lokal tertera pada kitab-kitab keagamaan, filsafat, sastra yang sudah jarang dipelajari.
“Tak heran, generasi muda Jawa tak lagi kenal Ronggowarsito, Mahabarata, begitu juga anak suku lain, kecuali Bali meski hidup dalam lakon tetapi kurang mengenal. Ada juga banyak arsitektur-arsitektur lokal. Karya-karya sastra lama perlu diperkenalkan kembali seperti Tajussalatin, Bustanussalatin, Sastra Jawa, Sunda dan lainnya,” terang Abdul Hadi.