IPOL.ID – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Indra Wibowo Leksana mengatakan, bantuan logistik bagi warga terdampak erupsi Gunung Semeru mencukupi untuk sementara waktu.
“Berbagai pihak telah memberikan dukungan yang luar biasa terhadap penanganan darurat paska erupsi Gunung Semeru,” kata Indra kepada wartawan dalam rapat koordinasi Pos Komando (Posko) penanganan darurat di Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Kamis (9/12).
Untuk logistik bantuan, sambung dia, banyak dan berlebih. Di samping itu, Indra menginformasikan, manajemen logistik mulai tercatat dengan tertib.
Terkait logistik bantuan, Indra berharap ada penunjukkan koordinator di tempat-tempat pengungsian. Sehingga ini akan mempermudah penyiapan dan pemantauan bantuan.
“Adanya koordinator bisa memantau kira-kira kekurangan yang ada bisa diketahui dengan jelas, jenis dan jumlahnya berapa yang dibutuhkan sehingga logistik yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan yang ada,” tambahnya.
Pihaknya telah menjangkau 21 kecamatan sampai ke titik-titik pengungsian untuk pendistribusian bantuan logistik. Pos logistik di bawah koordinasi Posko Penanganan Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru bertempat di Pendopo Bupati Lumajang.
Dia juga mengimbau, warga yang ingin memberikan bantuan kepada warga terdampak berupa dana. Dana tersebut nantinya akan dibutuhkan untuk relokasi pengungsian.
“Terkait dengan logistik, kami berharap untuk sementara logistik cukup banyak. Apabila memungkinkan bantuan tidak berupa barang, diwujudkan berupa dana. Dana ini akan dibutuhkan untuk relokasi pengungsian,” sarannya.
Sementara itu, logistik bantuan tidak hanya ditujukan langsung kepada warga penyintas atau pun terdampak, tetapi juga keperluan dapur umum. Hal tersebut tampak dari kebutuhan logistik, seperti beras atau pun sembako lain, yang diramu oleh petugas untuk para warga terdampak di wilayah Candipuro.
Koordinator Dapur Umum Tagana Kabupaten Lumajang Fariz mengatakan, kebutuhan logistik sebagian diambil dari pos logistik, dan sebagian lainnya dari alokasi anggaran untuk kebutuhan seperti bumbu-bumbu atau kertas pembungkus. Dapur umum ini sebelumnya berada di Desa Sumberwuluh tapi kemudian digeser bersamaan pos pengungsian di wilayah itu.
Dalam menyediakan makanan, pihaknya menerima permintaan terlebih dahulu sebelum mulai memasak sesuai dengan kebutuhan. Dapur ini dioperasikan Tagana dari beberapa kabupaten, seperti Banyuwangi, Jember, Jawa Tengah, Bondowoso dan Pasuruan, serta dibantu para warga. “Rata-rata kami menyiapkan untuk 1.800 bungkus dan sesuai permintaan,” ujar Fariz.
Dapur umum ini juga menyiapkan makanan bagi para relawan atau petugas yang berada di sekitar wilayah tersebut.
Berdasarkan data Posko, Kamis (9/12) pukul 16.00 WIB, jumlah warga meninggal dunia sebanyak 43 jiwa, luka berat 21 orang, hilang 12 ,orang dan mereka yang mengungsi 6.542 orang. Warga mengungsi tersebar di 125 titik.
Berikut sebaran titik pengungsian yang sebagian besar berada di Kabupaten Lumajang. Ada dua titik dimasing-masing Kabupaten Malang dan Blitar.
Kecamatan Candipuro sebanyak 10 titik pengungsian, jumlah warga 2.331 jiwa, Pasirian 4 titik (1.307 jiwa), Tempeh 12 titik (640 jiwa), Pronojiwo 10 titik (525 jiwa), Lumajang 11 titik (335 jiwa), Sumbersuko 9 titik (302), Pasrujamber 2 titik (212 jiwa), Sukodono 9 titik (204 jiwa), Kunir 8 titik (127 jiwa), Yosowilangun 8 titik (89 jiwa), Tekung 3 titik (67), Senduro 4 titik (66 jiwa), Padang 3 titik (62 jiwa), Jatiroto 3 titik (59 jiwa).
Kemudian, Kedungjajag 7 titik (50 jiwa), Klakah 5 titik (45 jiwa), Rowokangkung 4 titik (37 jiwa), Ranuyoso 1 titik (26 jiwa), Randuagung 7 titik (24 jiwa), Tempusari 2 titik (23 jiwa), dan Gucialit 3 titik (11 jiwa). (ibl)