Dalam kesempatan yang sama, Tanto menuturkan, awal memulai budidaya maggot, mengolah sampah organik, budidaya ikan sampai perkebunan sayuran ini di tahun 2019, sebelum COVID-19 melanda. Waktu itu, dia melihat di areal lapas ditumbuhi ilalang yang tinggi, pernah ditemukan ular, dan musang yang sering memakan hewan ternak.
“Jadi saya menginisiasi lokasi ini jadi tempat budidaya maggot, lele, patin, ayam petelur dan bebek serta perkebunan sayur. Bikin konsepnya terpadu dan terintegrasi, jadi tidak ada yang terbuang, kotorannya pun bermanfaat bisa jadi pupuk kandang,” terang Tanto.
Sebanyak 20 warga binaan lapas ikut dilibatkan untuk membantu perawatan, pemeliharaan budidaya ternak ikan, ayam, bebek dan perkebunan sayuran tersebut.
“Sebenarnya banyak WBP yang ingin ikut gabung namun harus ada syarat administratif, harus napi yang sudah setengah menjalani masa Pidana barulah boleh ikut berkecimpung,” akunya.
Diterangkannya, SAE Kampung Asimilasi Cah Angon Lapas ini sudah berjalan selama sekitar dua tahun. Budidaya bebek hibrida, ayam petelur, telur ayam, lele, patin, maggot dan agribisnis perkebunan sayur sampai saat ini terus dijalankan.