IPOL.ID – Masih adanya stigma negatif Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) menakutkan dan menyeramkan, dipatahkan oleh petugas Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta.
Dibalik tembok yang berdiri kokoh lengkap dengan kawat berdurinya, teryata dalam menjalankan sisa masa tahanannya para warga binaan di Lapas Narkotika tetap menjalankan aktifitas kesehariannya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ekonominya.
Di dalan lapas itu dibangun Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Kampung Asimilasi Cah Angon Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta. Di dalamnya terdapat budidaya maggot BSF, perkebunan sayuran, budidaya ikan lele, patin, bebek hibrida, ayam petelur, pengolahan sampah organik, pupuk kandang, bengkel motor, dan cuci steam motor.
Kalapas Narkotika Kelas IIA Jakarta, Bayu Irsahara mengatakan, untuk menghilangkan stigma WBP menyeramkan itu, pihaknya melakukan dua pembinaan yaitu kepribadian dan kemandirian.
“Harapannya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang akan keluar kembali ke masyarakat, mendapatkan bekal, pelatihan diberikan agar WBP mendapat keahlian dan ketrampilan setelah keluar nanti,” tutur Bayu Irsahara pada ipol.id, Rabu (26/1).
Di Kampung Asimilasi Cah Angon inilah para warga binaan diberikan pelatihan dan edukasi. “Makanya kita laksanakan pelatihan untuk WBP, kita berikan pembinaan kemandirian. Agar mereka bisa survive di masyarakat kemudian hari,” katanya.
Setidaknya warga binaan ini bisa menciptakan peluang usaha dibandingkan harus melamar kerja. Tentunya itu dapat bermanfaat di masyarakat sekaligus untuk menghilangkan stigma seram di masyarakat.
Lebih jauh, Kalapas Bayu menjelaskan, terkait jenis pembinaan kemandirian yang diberikan, pihaknya membudidaya ikan lele, patin, ayam dan bebek serta maggot sebagai pakan ternak. “Maggot ini sebagai pakan ternak bermanfaat bagi tumbuh kembang ayam dan juga lele maupun patin,” ujarnya.
Tak hanya itu, WBP juga diberikan pelatihan sablon, membuat kerajinan tangan lainnya sebagai salah satu upaya untuk menghilangkan stigma itu tadi di masyarakat.
Selain itu, perkebunan sayuran di lapas ini juga akan diberdayakan seperti jahe merah dan kunyit. Terlebih saat situasi pandemi ini, sehingga bermanfaat sebagai pencegahan penularan COVID-19. “Sebagai ketahanan pangan dan ketahanan fisik di masa Pandemi COVID-19, jahe merah dan kunyit bagus buat kesehatan,” tukasnya.
Untuk pangsa pasar, katanya, secara menyeluruh untuk peternakan cukup bagus. “Kenapa kita ambil budidaya lele, patin dan lainnya, agar WBP bisa survive, setidaknya juga dapat dikonsumsi oleh keluarganya pada saat kembali lagi ke masyarakat,” tambahnya.
Terkait hasil produksi, selain dijual ke masyarakat, pihaknya juga memberikan ruang bagi petugas lapas yang ingin membeli hasil produk, hasil budidaya dari WBP. “Mensejahterakan petugas dan WBP di Lapas Narkotika Jakarta juga,” ucapnya.
Hasil penjualan dari budidaya tadi juga disetorkan ke kas negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). “Tahun 2021 saja kita setorkan Rp 80 juta dan di 2020 disetorkan Rp 98 juta ke kas negara,” ungkapnya.
Menurutnya, kerajinan tangan yang dibuat WBP cukup bagus. Dalam memasarkan hasil kerajinan tangan itu, sudah ada market placenya melalui online di Shoope dan Tokopedia. Produknya meliputi kaligrafi, lukisan, lampu tidur dalam bentuk akrilik dan lain sebagainya.
Kampung Asimilasi Cah Angon Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta sendiri diinisiasi oleh Tanto selaku Kasi Kegiatan Kerja Lapas Narkotika Kelas II A Jakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Tanto menuturkan, awal memulai budidaya maggot, mengolah sampah organik, budidaya ikan sampai perkebunan sayuran ini di tahun 2019, sebelum COVID-19 melanda. Waktu itu, dia melihat di areal lapas ditumbuhi ilalang yang tinggi, pernah ditemukan ular, dan musang yang sering memakan hewan ternak.
“Jadi saya menginisiasi lokasi ini jadi tempat budidaya maggot, lele, patin, ayam petelur dan bebek serta perkebunan sayur. Bikin konsepnya terpadu dan terintegrasi, jadi tidak ada yang terbuang, kotorannya pun bermanfaat bisa jadi pupuk kandang,” terang Tanto.
Sebanyak 20 warga binaan lapas ikut dilibatkan untuk membantu perawatan, pemeliharaan budidaya ternak ikan, ayam, bebek dan perkebunan sayuran tersebut.
“Sebenarnya banyak WBP yang ingin ikut gabung namun harus ada syarat administratif, harus napi yang sudah setengah menjalani masa Pidana barulah boleh ikut berkecimpung,” akunya.
Diterangkannya, SAE Kampung Asimilasi Cah Angon Lapas ini sudah berjalan selama sekitar dua tahun. Budidaya bebek hibrida, ayam petelur, telur ayam, lele, patin, maggot dan agribisnis perkebunan sayur sampai saat ini terus dijalankan.
“Untuk lele saja, sehari bisa panen 1 ton, satu kolam bisa dipanen 5.000 ekor, itu sudah ada yang borong sebanyak 20 ribu ekor,” ujarnya.
Ke depannya, untuk perkebunan dan sayuran, pertanian di sini juga akan ditanami bawang merah, jahe merah, kunyit, cabe, markisa, jeruk, kangkung dan singkong. Targetnya juga bakal ada pertanian, kuliner dan konveksi di tahun ini.
Menurutnya, untuk pembagian hasil sudah diatur, hasil budidaya dan perkebunan ini, 50 persen diberikan kepada WBP. Diberikan dalam bentuk tabungan saat bebas, dan sewaktu-waktu ada kebutuhan mendesak jika ada yang sakit diberikan langsung.
Selanjutnya, kepada WBP 35 persennya untuk dana pembinaan lanjutan dan 15 persennya lagi disetorkan ke kas negara dalam bentuk PNBP tadi. “Kalau tiap bulannya setor kas negara Rp 8 jutaan, saya targetkan nanti di 2022 mudah-mudahan bisa capai lebih Rp 98 juta,” tuturnya.
Dia pun berpesan, sekiranya ada warga masyarakat yang ingin belanja di sini, pihaknya terbuka lebar menerima pesanan. “Banyak juga warga yang beli lele, telur dan ayam di sini, kami terbuka lebar,” tutup Tanto menyudahi obrolan ringan. (ibl)