“Industri konstruksi merupakan industri yang masih rendah dalam proses digitalisasinya (smart contrusction). Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor terutama kemampuan digital yang masih rendah,” katanya.
Rendahnya digitalisasi dalam sektor kontruksi disebabkan salah satunya oleh kondisi kurangnya sumber daya manusia khususnya tenaga Insinyur.
Dari total tenaga kerja konstruksi di Indonesia sejumlah 8,2 juta orang,
diantaranya merupakan SDM kurang memiliki keahlian. Saat jni Indonesia berada di posisi terendah dalam pemenuhan kebutuhan Insinyur dari beberapa negara di ASEAN.
Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR dalam penyelenggaraan program pembangunan infrastruktur tahun 2020-2024 pada sektor perumahan mentargetkan pembangunan 51.340 unit rumah susun, 10.000 unit rumah khusus, 813.660 unit rumah swadaya, 262.345 unit PSU perumahan.
“Untuk mencapai target Program Perumahan tersebut kami membutuhkan insinyur yang tersertifikasi,” terangnya.
Kedapan, imbuhnya, Direktorat Jenderal Perumahan akan mengevaluasi bahwa pembangunan perumahan tidak hanya satu juta rumah namun bisa melebihi yakni sekitar 1,5 hingga 2 juta rumah per tahun. Hal itu dikarenakan menyesuaikan dengan backlog yang terus bertambah per tahun nya.