IPOL.ID – Lantunan suara Barongsai menggema di Mal Graha Cijantung akhir pekan bertepatan pada hari libur tahun baru Imlek 2022 kemarin. Ya, keluarga yang berkunjung di Mal Graha Cijantung, Jakarta Timur itu, langsung menghampiri para penari Barongsai di lantai dasar mal tersebut.
Perlu diketahui Barongsai adalah tarian tradisional Tiongkok dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Barongsai sendiri memiliki sejarah ribuan tahun. Pada catatan pertama tentang tarian ini dapat ditelusuri di masa Dinasti Chin sekitar abad ketiga sebelum masehi.
Informasi yang dihimpun, dalam sejarahnya, kesenian Barongsai mulai populer pada zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga tarian Barongsai melegenda sampai sekarang.
Tarian singa sendiri terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal berkaki empat. Sedangkan Singa Selatan bersisik dan bertanduk. Penampilan Singa Utara lebih mirip singa karena berburu tebal, bukan bersisik. Tarian naga berasal dari zaman Dinasti Han dipercaya sebagai metode penyembuhan dan pencegahan penyakit.
Singa Selatan inilah yang sering dilihat di Indonesia atau disebut Barongsai. Lebih ekspresif, kerangka kepala Singa Selatan dibuat dari bambu ditempeli kertas, dilukis dan ditempeli bulu serta dihias.
Bulu pada Barongsai memiliki kualitas terbuat dari bulu domba atau kelinci dan atau bulu sintetis. Di zaman modern kerangka Barongsai dibuat dengan aluminium atau rotan.
Singa Selatan ada berbagai jenis, memiliki tanduk lancip, mulut seperti bebek dengan dahi tinggi dan ekor panjang disebut juga Fut San, Fo Shan atau Fat San. Sedangkan singa yang memiliki mulut moncong ke depan, tanduk tidak lancip dan ekor kecil disebut Hok San. Keduanya diambil dari nama tempat di Tiongkok.
Biasanya, perbedaan warna pada bulu Barongsai melambangkan umur maupun karakter sang Barongsai. Barongsai warna putih adalah yang paling tua, putih melambangkan kesucian.
Barongsai warna kuning adalah Barongsai dengan umur tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda. Kuning melambangkan keberuntungan dan ketulusan hati. Kemudian Barongsai warna hitam berumur paling kecil, lincah dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Barongsai warna merah melambangkan keberanian.
Barongsai juga dimainkan di beberapa tempat, seperti di lantai atau papan disebut Barongsai Tradisional. Barongsai yang dimainkan di atas tonggak disebut Barongsai Tonggak. Tonggak yang berstandar internasional memiliki tinggi kurang lebih 80 centimeter – 2 meter.
Sedangkan Barongsai lantai biasanya area dalam pertandingan dibatasi 8 x 8 meter – 10 x 10 meter. Dalam pertunjukan, makanan Barongsai berupa sayur disebut Cheng.
Selanjutnya, dalam menarikan Barongsai agar terlihat indah dan menarik, maka pemain Barongsai harus menguasai kerja sama antar pemain Barongsai itu sendiri, maupun pemain musik, harus serasi.
Tak hanya itu, para pemain Barongsai harus membuat Barongsai seolah-olah “hidup” dengan cara membuat ekspresi dan mimik wajah Barongsai seolah-olah nyata. Ekspresi itu menunjukkan kebahagiaan, marah, takut, ragu-ragu, mabuk, bergerak dan diam.
Barongsai harus terlihat atau dapat menunjukkan ekspresi kaget saat melihat benda warna merah. Dalam kategori Barongsai tradisional, saat melihat air, Barongsai harus kelihatan fokus ketika melihat bayangannya di air atau takut saat melihat ular. Sehingga di sini, pemain Barongsai harus menguasai kuda-kuda agar bentuk badan Barongsai terlihat bagus.
Salah satu pemain Barongsai Wihara Metta Dharma yakni Vinko,19, mengatakan, dia bermain Barongsai pada bagian kepala Barongsai. Para pemain Barongsai ini sudah terbiasa show di mal-mal. “Kami ini asalnya dari Wihara Metta Dharma Cilengsi, Bogor,” akunya pada ipol.id, Rabu (2/2).
Vinko menambahkan, dia bersama tim persaudaraan Tiong Gie Say yang juga pemain Barongsai sudah sekitar 7 tahun bermain Barongsai. Di tim ada sebanyak 25 orang yang aktif dari 45 orang tim. Terbagi dalam pemain musiknya dan pemain Barongsai itu sendiri.
“Ya sebelumnya juga sudah sering latihan gerakan-gerakan, mengikuti irama lantunan musik yang dimainkan para pemain musik Barongsai, ini kebetulan lagi main di Mal Graha Cijantung, nanti tanggal 6 Februari, tim Barongsai kami show di Mall Cipinang Indah. Bisa juga dilihat di IG persaudaraan Tiong Gie Say Cilengsi,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu pengunjung Mal Graha Cijantung, Adi, 38, mengatakan, dirinya dan kedua anaknya cukup terhibur dengan adanya atraksi Barongsai di Mal Cijantung ini. Karena bertepatan dengan tahun baru Imlek ya jadinya seperti kedua anaknya kaget karena dengan ada suara musik Barongsai jadi sebelum belanja nonton dulu Barongsai.
“Kaget, seneng terhibur juga sih kan jarang-jarang juga lihat Barongsai, apalagi saat pandemi Covid, eh taunya ada di mal nih, nonton dulu jadinya,” tutupnya. (ibl)