Batu Bacan Doko sendiri berasal dari nama desa tempat pertama kali batu tersebut ditemukan di Desa Doko, Kepulauan Kasiruta, Halmahera, Maluku Utara. Batu bacan memiliki warna yang khas, mulai dari hijau bening hingga gelap. Demikian halnya Batu Bacan Palamea.
Lebih jauh, Subhan menjelaskan, di pasar ini ada juga tempat uji laboraturium (lab) untuk mengetahui kadar dari batu tersebut. Sebagai pusat batu akik, permata terbesar di Indonesia.
“Untuk tempat uji lab batu kita ada di lantai dasar, 1 dan 2. Sehingga masyarakat dapat mengecek, memeriksakan langsung agar memiliki catatan batu yang dimilikinya, akan keaslian batunya atau ternyata malah imitasi,” tukasnya.
Untuk harga memeriksakan batu di tempat uji lab, lanjutnya, di pasar ini juga masih cukup terjangkau, dari mulai kisaran harga Rp 60-70 ribu per memo. Berbeda halnya jika batu dibuatkan sertifikat. “Kalau dibuat sertifikat yang kecil harganya pada kisaran Rp 400 ribu,” ujarnya.
“Sehingga diharapkan, batu akik dan permata di Pasar Rawa Bening ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis mancanegara maupun turis lokal,” tambah dia.