IPOL.ID – Komunitas pecinta batu bacan asal Indonesia berkumpul menyambung tali silaturahmi mengisi kegiatan kontes ‘Bacan Rock Show’ di Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (6/3). Kegiatan tersebut untuk mendongkrak kembali penjualan bacan yang kaya akan keindahan alaminya.
Ketua Pelaksana Kontes Bacan Rock Show, KHM Virgo, 48 tahun, mengatakan, hari ini komunitas pecinta batu bacan berkumpul dalam satu kegiatan untuk mengikuti kontes ‘Bacan Rock Show’. Kontes bacan kali ini dibagi menjadi 28 kelas.
“Tujuannya tak lain untuk menyambung tali silaturahmi dan supaya dapat meningkatkan seller perdagangan khususnya batu bacan Doko dan Palamea, aslinya batu akik Indonesia,” tutur Virgo didampingi Kepala Pasar Rawa Bening, Ahmad Subhan kepada wartawan di Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Minggu (6/3) siang.
Virgo mengatakan, bagi para calon peserta yang ingin melakukan pendaftaran dalam kontes ini utamanya harus menyertakan memo/sertifikat yang dikeluarkan oleh laboraturium. “Jadi akan ketahuan batu bacan beneran atau masakan,” ungkap pria yang sudah malang melintang di dunia perbatuan akik tersebut.
Lebih jauh, Virgo katakan, untuk kriteria yang dikonteskan kali ini adalah bacan Doko dan Palamea. Diketahui batu bacan atau biasa disebut batu akik bacan dibagi menjadi bermacam-macam menurut karakteristik batunya.
Bacan ada lima jenis yang populer yaitu batu bacan Doko, Palamea, Obi, Halmahera dan Pancawarna (fosil). Dari kelima jenis bacan yang paling terkenal dan digemari adalah bacan Doko. Karena memiliki warna hijau tua yang indah terlebih bila terkena cahaya.
Batu bacan Doko sendiri berasal dari nama desa tempat pertama kali batu tersebut ditemukan di Desa Doko, Kepulauan Kasiruta, Halmahera, Maluku Utara. Batu bacan memiliki warna khas, mulai dari hijau bening hingga gelap. Demikian halnya batu bacan Palamea.
Dalan kontes bacan ini, ukuran yang dikonteskan ukuran baby small, small, medium dan large/oversize dengan bentuk oval maupun kating.
Peserta yang mengikuti kontes bacan tersebut berasal dari Surabaya, Jawa Timur, Bali, dan Ternate. “Peserta asal Lampung, Medan, Ternate, ada juga yang ikut mengirimkan liontin dan batu bacannya untuk dikonteskan. Dan pendaftaran bagi para kontestan ditutup sampai jam 15.00 WIB,” ujar Virgo.
Peserta saat ini, lanjutnya, sudah ada 20 orang kolektor, targetnya bisa lebih 150 batu bacan. “Semua peserta yang mengikuti kontes bacan ini memang yang sudah biasa mengikuti kontes batu, disini kita diwadahi komunitas juga,” tambahnya.
Untuk penilaian, sambung dia, bacan dilihat pada kategori kejernihan batunya, kebersihan, warna alami, kristal, proporsional bentuk batu dan ring yang dibentuk. “Untuk bacan yang diproses dan alami hampir mirip. Tetap dilihat dari kualitas batunya,” tuturnya.
Dalam kontes ini juga ada dipamerkan batu bacan berukuran besar. Konon cerita dari sang pemilik bacan bakal melepasnya jika ada yang menawar Rp1 miliar lebih. “Sudah pernah ada yang menawar Rp500 juta tapi tidak dilepas oleh sang pemilik bacan,” ujarnya.
Harga bacan sendiri bervariasi, mulai dari harga Rp500.000, Rp1 juta sampai miliaran rupiah. “Namun tetap bacan itu dilihat pada kualitas per satuan,” katanya.
Menurut dia, pameran dan kontes batu saat ini sudah cukup lama tertidur, terlebih ada pandemi Covid-19. “Ketika ada kesempatan kita langsung adakan, tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, harus wajib masker. Biasanya sih dulu sebelum pandemi, di beberapa daerah empat kali digelar,” katanya.
Sebut saja, lanjut Virgo, hadiah kontes bacan ini, untuk juara umum akan mendapatkan hadiah sebesar Rp6-8 juta dan juga mendapatkan uang pembinaan dan souvenir.
Tren batu bacan saat ini untuk kelas batu akik masih semarak. Walaupun secara volume berkurang, pecinta bacan sendiri masih tetap stabil.
“Kemungkinan booming, batu bacan akan booming, masih booming, namun harga akan selektif, tidak akan salah beli karena bacan berkualitas se-Indonesia,” tandasnya.
Pangsa pasar bacan sendiri sudah meluas hingga keluar negeri, di antaranya hingga ke Taiwan, Inggris, dan kawan Eropa. “Di China dan Taiwan harganya tinggi, karena bacan kualitasnya bisa lebih tinggi dari batu giok,” katanya lagi.
Di tingkat penjualan/niaga batu bacan di Indonesia, harga bacan masih terbilang tinggi dan bertahan. Baik di kolektor bacan maupun umum bacan banyak dimiliki. Meski Pandemi Covid-19 melanda, tak dipungkiri menurun, tapi saat ini penjualan bacan bisa melalui online.
Virgo berharap, kepada para penggemar, kolektor, pecinta batu Indonesia dapat bangkit kembali setelah lama tertidur. Di 2016, seluruh penjualan batu merosot, sekarang harus bangkit lagi. “Batu dibilang gak musim, gak juga dari dulu sudah ada, anak muda pun sekarang senang batu sampai usia tua,” harapnya.
Perlu diketahui bahwa di Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam batu akik asli tanah air, di antaranya ada batu Bacan, Black Jade Aceh, Kecubung, Anggur, Klawing, Sulaiman, Opal Kalimaya, Pandan, Garut, maupun Pancawarna Garut dan lain sebagainya. (ibl/msb)