IPOL.ID – Perang nuklir di Benua Eropa telah di depan pintu. Presiden Rusia, Vladimir Putin, dikabarkan telah memerintahkan pasukan nuklirnya untuk ditempatkan dalam siaga tinggi sejak Minggu (27/2).
Perintah telah dikeluarkan setelah pernyataan agresif dari NATO terkait operasi militer khusus Rusia di Ukraina.
Untuk diketahui, sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, Liz Truss, telah memeringatkan jika Rusia tidak dihentikan di Ukraina, maka krisis dapat meningkat menjadi konflik dengan NATO. “Pasukan nuklir berbasis darat, udara dan kapal selam Rusia telah memulai tugas siaga dengan personel yang diperkuat,” kata Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memberi tahu Presiden Putin.
Sesuai perintahnya, pergeseran tugas pos komando Pasukan Rudal Strategis, Armada Utara dan Pasifik, dan Komando Penerbangan Jarak Jauh telah mulai melaksanakan tugas tempur dengan personel yang diperkuat.
Putin meminta Shoigu dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov untuk menempatkan pencegah strategis angkatan bersenjata Rusia pada “mode tugas tempur khusus” pada Minggu.
Reuters menyebutkan, Putin memerintahkan status siaga tinggi untuk diterapkan setelah menuduh bahwa pejabat tinggi negara NATO telah terlibat dalam membuat pernyataan agresif tentang Rusia.
Putin tidak merinci siapa “pejabat tinggi” ini atau pernyataan “agresif” spesifik mana yang dia maksud, tetapi hanya beberapa jam sebelum komentarnya, Menteri Luar Negeri Inggris menyatakan dalam wawancara dengan Sky News bahwa kecuali operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina untuk demiliterisasi negara itu “dihentikan”, krisis bisa “berakhir dalam konflik dengan NATO”.
Truss sendiri telah banyak dikritik di dalam negeri karena pernyataannya yang cenderung keliru tentang krisis Rusia-NATO atas Ukraina, termasuk penolakannya yang tidak disengaja untuk mengakui kedaulatan Moskow atas wilayah Rostov dan Voronezh yang diakui secara internasional di Rusia selama pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.