IPOL.ID – Eni Anjayani, pengusaha lokal asal Yogyakarta menawarkan nilai-nilai lokal pada setiap produknya, terutama bagi pemenuhan dekorasi rumah dan souvenir. Perempuan yang memulai usahanya atas dasar ketidaksengajaan ini menghasilkan produk lokal yang sukses dilirik oleh pasar Belanda, Australia, ,Singapura dan Malaysia.
Sebelum menjadi pengusaha, dia adalah seorang pegawai kantoran dan juga ibu rumah tangga yang gemar mengumpulkan kain batik kuno dari hasil toko sang ibu. Dari kesukaannya mengoleksi batik, Eni kemudian terinspirasi untuk membuat produk dekorasi yang bermotif batik lukis tanpa bantuan mesin.
Selain itu hobi jalan-jalan ia manfaatkan juga untuk mencari sumber inspirasi lain dengan mengunjungi pasar-pasar tradisional di negara-negara Asia Tenggara.
Produk yang dihasilkan oleh Eni, berbahan dasar dari olahan limbah kulkas yang di proses menjadi produk yang sukses diterbangkan ke Australia. Bersama teman-temannya di Desa Centra, Yogyakarta, dia memproduksi produk yang dilukis secara manual dengan jumlah besar. Selang beberapa lama mampu menerbangkan produknya ke Australia.
“Awalnya saya menjalankan bisnis ini sebagai sampingan selain menjadi karyawan saja, bertambahnya tahun tidak menyangka keinginan semakin bertambah dan jumlah produksi semakin meningkat terlebih dengan adanya pelatihan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank yang membantu dalam pemilihan market. Sehingga saya mengajak bekerja sama teman-teman dan anak muda yang memilki minat dalam seni lukis, meskipun harus melatih anak muda yang tidak memiliki keahlian dalam bidang seni lukis yang diutamakan adalah keinginan untuk belajar dan berkembang,” papar Eni Anjayani.
Sebagai sosok perempuan yang menginspirasi, Eni Anjayani juga mengagumi sosok perempuan inspirasional Indonesia, yakni RA Kartini. Kekagumannya kepada sosok RA Kartini dijadikan panutan olehnya untuk membuka jalan dalam berkreasi sesuai dengan bakat di luar kebiasaan perempuan pada umumnya.
Sebagai pengusaha dan ibu rumah tangga, Eni mengatakan, sebagai perempuan yang mempunyai dua peran, bukan menjadi halangan untuk kita mengembangkan kemampuan. Walaupun bukan yang pertama di semua bidang, tetapi bisa menjadi pertama di bidang yang ditekuni sehingga bisa menjadi identitas diri.
“Harapan saya kepada bisnis Wastraloka ini dapat memperkenalkan produk lokal di luar Indonesia dan menjadi terkenal di dunia dan bisa ekspor ke negara-negara di Eropa dan Amerika,” harapnya.
Eni Anjayani merupakan salah satu pengusaha di Indonesia yang mengikuti pelatihan yang dijalankan oleh LPEI yaitu CPNE (Coaching Program for New Exporters). Program yang disiapkan dengan durasi sekitar 1 tahun melalui tahapan seleksi pelaku UKM berorientasi ekspor yang ingin berkembang menjadi cikal bakal eksportir Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui serangkaian tahapan-tahapan tertentu untuk menghasilkan UKM yang unggul dan dapat bersaing di pasar global. (msb/ydh)