IPOL.ID – Dalam sepekan terakhir bulan April ini, suhu di wilayah Bandung raya terasa lebih dingin. Padahal secara observasi suhu minimum Kota Bandung ada pada kisaran antara 20-21 derajat Celsius.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung Teguh Rahayu menjelaskan, temperatur minimum Kota Bandung dapat mencapai 18 derajat Celsius pada musim kemarau. Kondisi ini dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan.
Berdasarkan pantauan dan analisis yang dilakukan oleh BMKG Bandung, cuaca dingin yang dirasakan oleh masyarakat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, karena adanya proses pendinginan evaporatif (Evaporative Cooling).
“Bulan April secara empiris merupakan akhir musim hujan di wilayah Bandung raya, namun demikian curah hujan yang terjadi lebih tinggi dibandingkan curah hujan pada periode DJF. Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosferik lokal,” kata Rahayu dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Kamis (7/4/2022).
Rahayu menambahkan, proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi. Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas.
“Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan terjadinya evaporasi atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif,” ujarnya.
Lebih jauh Rahayu mengatakan, pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air. Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi.
“Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin,” katanya.
Selain proses pendinginan evaporatif, suhu dingin di Bandung juga dipengaruhi gangguan pusat tekanan rendah. Hangatnya suhu muka laut wilayah Indonesia (IMC) akibat La Nina berkepanjangan, menyebabkan aktivitas terjadinya pusat tekanan rendah di sekitar IMC menjadi meningkat.
Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya angin kencang oleh karena adanya zona konvergensi di sekitar wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya.
“Tingginya kecepatan angin menyebabkan suhu yang dirasakan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan suhu terukur,” kata Rahayu.
BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada pada akhir musim hujan menuju musim peralihan, karena potensi bencana hidrometeorologi juga meningkat, terutama potensi kejadian angin kencang/puting beliung dan hujan es. Selain itu, perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh.