IPOL.ID – Pakistan tengah dilanda krisis ekonomi. Hal ini ditandai dengan merosotnya nilai mata uangnya, rupee, ke tingkat terendah.
Untuk mengatasainya, Pemerintah Pakistan memberlakukan larangan penuh atas impor barang mewah. Khususnya terhadap 36 lebih barang mewah nonesensial sebagai bagian dari rencana ekonomi darurat guna menstabilkan perekonomian nasional.
“Kondisinya darurat dan Pakistan harus berkorban dengan diterapkannya rencana ekonomi. Hla ini akan berdampak cepat pada cadangan devisa Pakistan,” ungkap Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan, Maryam Aurangzeb, Kamis (19/5).
Melansir Xinhua, Pakistan wajib mengurangi ketergantungannya pada impor. Kewajiban itu akan menempatkan mereka di jalur stabilitas dan kemajuan ekonomi.
Maryam menjelaskan, pemerintah telah berupaya menerapkan kebijakan berorientasi ekspor. Regulasinya dipercaya akan menguntungkan industri dan produsen lokal, serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Regulasi ini ditempuh setelah mat uang Pakistan terus merosot dalam beberapa pekan terakhir. Mencapai nilai terendahnya sepanjang sejarah yakni 200 rupee sama dengan USD1 (100 rupee Pakistan = Rp7.316) di pasar antarbank, Kamis kemarin terdepresiasi 0,81 persen dibandingkan hari sebelumnya.