IPOL.ID – Dinamika pemetaan ritme perpolitikan di Indonesia di 2024, bakal seru. Hasil temuan para peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, terdapat tiga poros utama, pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024, divisi utama versus capres/cawapres divisi kedua.
Sekitar 20 bulan sebelum pemilihan presiden (Pilpres) 2024, semakin kuat tendensi pilpres berlangsung dengan tiga pasang capres-cawapres. Siapa saja ketiga pasangan ini? Poros apa yang terbentuk?
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adrian Sopa menerangkan, data mulai menunjukan hadirnya dua kelas capres dan cawapres 2024. Lalu siapa tokoh yang masuk divisi satu? siapa yang masuk divisi dua?
Dengan survey sampling yang digunakan LSI, lanjutnya, menggunakan metode kepada sebanyak 1.200 responden. Dan wawancara tatap muka langsung dengan responden. Intinya, semua pemilih di Indonesia memiliki kesempatan sama menjadi responden.
Temuan LSI, pada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), terbentuknya KIB membuka kemungkinan Pilpres 2024 terdiri dari tiga pasang capres-cawapres yang berpusat pada tiga poros.
“Kedepan kita akan melihat Pilpres 2024 pada tiga poros yakni Puan Maharani (Poros PDIP), Airlangga Hartanto (Poros KIB) dan Prabowo Subianto (Poros Sisa Dunia), PDIP mungkin akan menarik 2 partai nantinya yang ingin bergabung,” kata Adrian Sopa saat menggelar konferensi pers LSI secara virtual di Jakarta, Selasa (14/6) sekitar pukul 13.00 WIB.
Dijelaskan Adrian bahwa tokoh utama dari tiga poros tersebut, untuk poros 1 Poros PDIP, Tokoh Utamanya yakni Puan Maharani yang bisa menjadi Capres/Cawapres. Kemudian poros 2 Poros KIB (Golkar + PAN + PPP), Airlangga Hartanto juga bisa menjadi Capres/Cawapres.
“Untuk poros 3 Poros Sisa Dunia, Prabowo Subianto bisa menjadi Capres saja. Karena elektabilitasnya tinggi dengan armada Partai Gerindra yang dimilikinya juga besar,” ungkap Adrian.
Ketiga tokoh ini adalah tiga pemain utama Pilpres 2024, karena tiket pencalonan ada di tangan Puan, Airlangga dan Prabowo yang sedang mencari partai lain agar memenuhi syarat pencalonan.
Kemudian dalam catatan LSI, untuk Prabowo (Divisi satu). Prabowo unggul dengan bakal Capres di 2024 yang lain. Hal itu dilihat dari pengenalan sosoknya mencapai 95,9 persen, kesukaan 76,4 persen, dengan elektabilitas yang dimilikinya sebesar 28,9 persen.
Sedangkan catatan untuk Anies Rasyid Baswedan (Divisi satu), tingkat pengenalannya capai 83,4 persen, kesukaan 73,6 persen dan elektabilitasnya 14,6 persen.
Catatan Puan (Divisi satu), pengenalan 66,8 persen, kesukaan 53,4 persen, dan elektabilitas 2,0 persen.
Catatan Airlangga (Divisi satu), pengenalan 47,6 persen, kesukaan 65,6 persen, elektabilitas 4,5 persen.
Catatan untuk Ganjar Pranowo (Divisi satu). Saat ini (Juni 2022), tingkat pengenalan di angka 66.4 persen, dengan tingkat kesukaan 82.1 persen, dan elektabilitas 23.5 persen.
“Jika Ganjar nomor dua, dia juga tidak menguasai partai, dan jabatan gubernurnya selesai pada September 2023. Jika dia menjadi calon presiden dari PDIP, jika terpilih sebagai presiden, Ganjar potensial pula menjadi Ketum PDIP setelah Megawati. Ini juga dikhawatirkan para elit PDIP yang tetap menginginkan Ketum PDIP dari trah Soekarno,” ulas Adrian Sopa.
Bersama Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Puan Maharani, Airlangga dan Prabowo yang mengantongi elektabilitas tertinggi, menjadikan kelima tokoh tersebut berada pada divisi utama Capres atau Cawapres 2024.
“Pilpres 2024 akan didominasi oleh lima tokoh ini. Mereka adalah gabungan antara pemegang tiket partai dan tingginya elektabilitas”.
“Kesimpulannya, Pilpres 2024 ada tiga pasang terpusat pada Capres Puan Maharani, Airlangga dan Prabowo. Catatan, ketiga poros ini bisa berubah jika Partai Gerindra, PDIP dan Golkar akhirnya bersatu,” tambahnya.
Sedangkan (Juni 2022) Anies Baswedan sebagai calon kuat menjadi pasangan bagi ketiga calon tersebut. Ada juga 10 capres lainnya yang paling tinggi elektabilitasnya di 2024. Namun yang memiliki tiket yakni Puan Maharani, Airlangga Hartanto, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Rasyid Baswedan yang memenuhi syarat pencalonan.
Namun, bagi seorang tokoh untuk menjadi seorang capres atau cawapres, tak cukup hanya memiliki elektabilitas. Dia harus juga memiliki tiket partai. Arus publik, katanya, melihat siapa capres yang elektabilitasnya unggul. Tetapi LSI melihat capres jika tidak memiliki armada partai politik tidak akan sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya.
Sementara itu, bagaimana dengan capres dan cawapres divisi dua? Siapa saja? Nah, per Juni 2022 ini, dalam catatan LSI terdapat 12 tokoh Capres/Cawapres yakni Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, Khofifah, Erick Thohir, Moeldoko, Budi Gunawan, Tito Karnavian, Srimulyani, Andika Perkasa, dan La Nyala M. (ibl/msb)