IPOL.ID – Tamam Abou Hamidan adalah salah satu dari jutaan orang yang melarikan diri dari Palestina. Pahitnya kehidupan saat berada di Tanah Mujahid membuat perempuan cantik ini mampu berinovasi di tengah kesulitan.
Tamam Abou Hamidan lahir di Jabaliya, Jalur Gaza, Palestina. “Saya tinggal di sana selama masa kecil saya, dan belajar di sekolah lokal sebelum lulus dengan gelar jurnalisme dari Universitas Al-Aqsa,” ungkapnya.
Khawatir tentang dampak blokade yang berlangsung di Gaza dan situasi ekonomi yang memburuk, Tamam Abou Hamidan memikirkan masa depan putrinya. Kemudian pada 2014 memutuskan pindah ke Blekinge County di Swedia selatan.
Orang tuanya ikut diboyongnya ke sana. Sejak awal di Swedia, dia menghadapi banyak tantangan. Misalnya, perbedaan bahasa, kebiasaan budaya, dan mencari pekerjaan.
“Sepekan di Swedia, saya bekerja di restoran pizza,” ungkap Tamam Abou Hamidan kepada Memo, Senin (4/7). Pekerjaan ini memungkinkannya mendapatkan izin tinggal di sana.
Ya, takdir setiap rakyat Palestina untuk membawa Tanah Airnya bersama mereka di diaspora. Begitu juga dengan Tamam Abou Hamidan.
“Sebagai seorang wanita Palestina dan putri dari orang tua Palestina, saya belajar bahwa kesuksesan di tempat yang bukan milik Anda adalah salah satu tantangan terbesar dalam hidup,” tuturnya.
Dia kini bisa berbicara bahasa Swedia, keterampilan yang membantunya mendapatkan pekerjaan di bidang lain. Salah satunya sebagai penasihat untuk membantu imigran baru memasuki pasar tenaga kerja.
Tahun 2016, Tamam Abou Hamidan bekerja di kantor tenaga kerja di Blekinge County. “Mendapatkan pekerjaan memberi saya motivasi, dan hidup mulai berubah menjadi lebih baik. Ini memberi saya kekuatan dan semangat untuk terus bekerja keras untuk mencapai lebih banyak tujuan,” tuturnya.
Salah satunya untuk belajar dan memperoleh gelar pendidikan Master di bidang Kepemimpinan dan Organisasi dari Universitas Malmo.
Minat Abou Hamidan dalam dunia politik bukanlah keputusan mendadak. Ini adalah hasrat lama yang muncul di lingkungan politik di Jalur Gaza.
Ketika ada kesempatan, pada 2015 dia bergabung dengan Partai Sosial Demokrat di kota kecil Olofstrom di Blekinge County. Dia tidak pernah menjadi “wajah baru” partai.
Tamam Abou Hamidan selalu melihat dirinya hanya sebagai seorang wanita Palestina yang melayani komunitas lokalnya. Pada 2018, dia dinominasikan ke Dewan Kota Blekinge dengan posisi ke-15 dalam daftar pemilih partai.
Setelah pemilihan, dia memegang beberapa posisi di Komite Pendidikan Dewan Kota dan menjadi anggota Dewan Provinsi. Abou Hamidan tercatat sebagai Wakil Ketua Komite Pendidikan Dewan Kota.
Setelah beberapa kali menjabat wakil wali kota di dewan kota, Tamam Abou Hamidan dinominasikan oleh partai untuk memimpin Dewan di Olofstrom pada 2020. Dan sekarang dia menjadi wali kota.
“Melalui usaha dan kerja keras saya, saya bisa membuktikan diri. Ketika jabatan wali kota kosong, partai saya mencalonkan saya untuk posisi itu,” tambahnya.
Tamam Abou Hamidan kini mengincar posisi sebagai calon anggota parlemen Swedia dalam pemilu yang digelar September nanti. “Fakta bahwa seorang gadis Palestina dari Gaza memiliki posisi seperti itu di Swedia adalah bukti perjuangan Palestina,” pungkasnya.