IPOL.ID – Wakil Sekretaris Majelis Pertimbangan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Donnie Tokan menyampaikan, pada hari ini semua mantan pengurus PPP berkumpul dan merasa resah, gelisah terkait dengan situasional internal PPP saat ini.
“Ada demo, karena SK tidak turun, jadi konsolidasi partainya tidak sesuai AD/ART, atau mungkin sesuai AD/ART tapi ada like and dislike, makanya ada demo, terus DPC ramai demo, kemudian Ketua Umum (Ketum) PPP, Suharso Manoarfa tidak bisa dikomunikasikan oleh pengurus wilayah, pengurus cabang, para senior yang ingin berdiskusi, tidak bisa komunikasi, telpon, WA juga tidak dijawab, jadi komunikasi terhambat,” kata Donnie Tokan pada ipol.id, di Jakarta, Jumat (1/7).
Dia menambahkan, kemudian terkait pengurus PPP yang dianggap masih milenial tidak mengenal pengurus seniornya, sehingga saat berkordinasi ke daerah tidak bisa, karena tidak ada hubungan emosionalnya. Lalu masalah tidak ada pengurus dari tokoh yang bisa mengakar.
“Dulu kan ada ustad, kiai, pengusaha, pemimpin ormas yang punya basis massa yang baik di daerah-daerah. Jadi yang milenial ini belum mapan berorganisasi, sehingga agak kesulitan kordinasi di organisasi, sehingga muncul isu suara PPP menghilang 2 persen, karena memang konsolidasi organisasinya tidak berjalan,” tandas Donnie.
Ditambah lagi, sambung Donnie, kepemimpinan Pak Suharso sebagai Ketum PPP, banyak disoroti para senior maupun pengurus wilayah dan cabang partai sendiri.
“Penampilan tidak menggambarkan seorang pemimpin ketua umum ketika berada di konstituen. Lalu adanya desakan kemunduran ketum partai. Sebab, isu yang dijual PPP pada Pilpres 2024 juga tidak ada. Bicara milenial apa?, isu strategisnya apa? itu yang disoroti,” tukas dia.
Jadi kesimpulannya, katanya, keluh kesah para senior PPP berharap nantinya pada masing-masing wilayah, cabang bisa menyampaikan ke ketum PPP, atau melalui majelis-majelis. “Tadi ada majelis pakar hadir, ketua pengurus harian, badan otonom juga hadir dalam pertemuan hari ini,” katanya.
Muncul isu, respon, bagaimana jika PPP menghilang. “Ya, kita berdoa saja, karena PPP didirikan oleh para ulama, diharap pada grace road nantinya diakomodir dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya, Pemilu 2024 berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Di 2024, Pilpres dan Pileg menjadi satu, jadi kalau salah menetapkan pilihan Calon Presidennya akan berpengaruh besar pada Pilegnya. “Kan banyak juga dibicarakan orang banyak, oleh tokoh, kader dan simpatisan,” tegas dia.
Ada pertanyaan juga, KIB, ketum PPP konsepnya apa? Itu dipertanyakan juga. Jadi kesimpulannya adalah, pertama, ketum PPP harus bisa merubah sikap, merubah cara memimpin partai, kedua, tentang konsolidasi organisasi harus sesuai AD/ART sehingga tidak terjadi demonstrasi. Ketiga, bahasanya ada desakan jika tidak sanggup memimpin partai untuk mundur dari ketum PPP.
“Ini keluh kesah kader, para senior PPP, dalam organisasi semua ada mekanisme, jadi dikembalikan lagi ke mekanisme itu, bila wilayah dan cabang tidak puas dengan kepemimpinan ketum PPP, ada mosi tidak percaya, baru ada muktamar luar biasa. Nah, keluh kesah ini harus didengar ketum, fokus, agar 2024 PPP bisa menang. Jika tidak, mending urus yang lain saja, diserahkan kepada orang yang punya waktu cukup, jadi banyak faktor lah,” tegas dia.
Nah, pada pertemuan ini, mantan pengurus partai yang saat ini bukan pengurus PPP resah. Nanti akan ada majelis pertimbangan, pakar dan diserahkan ke pengurus harian untuk dibahas. “Jika tidak akan ada gejolak yang lebih besar lagi di internal partai,” ujarnya tak ingin itu terjadi.
Turut hadir, para senior PPP maupun para mantan ketua di PPP di antaranya Imam Saharjo, Anwar Sanusi, Anhar, Astuti, Makmun Halim, Iren, Mualim, Rahma Yakub, Arman Remi, Hendra Dinata, Tati, Rusli Effendi, Ucen, Mukoam, Ubaidillah Murad, Bambang, dan masih banyak lagi. “Keinginan mereka satu, PPP menjadi besar,” tutup Donnie. (ibl/msb)
Para Senior, Eks Ketua di PPP Mendesak Ketum Suharso Manoarfa Soal Ini
