IPOL.ID – KH Asep Saifuddin Chalim tercatat sebagai pendiri Pesantren Amanatul Ummah. Pesantren yang awalnya ada di Surabaya, didirikan pula di kawasan hutan dataran tinggi yang ada di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur.
Mengawali cerita, Kiai Asep mendirikan pesantren di sebuah lahan yang luasnya tak sampai 1 hektare yang berada di hutan angker pada 2006. Pelunasan pembayaran tanah itupun dia masih angsur selama dua tahun.
“Tahun 2006 saya mendirikan lembaga pendidikan di sebuah hutan, bahkan angker. Orang tidak mau menuju ke sana, akses jalannya kecil sekali, dengan sebuah keyakinan manakala lembaga pendidikan maju maka akan didatangi semua orang,” tutur Kiai Asep dalam bedah buku “Kiai Milyarder tapi Dermawan” yang digelar Forum Jurnalis Wakaf Indonesia (Forjukafi) di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (23/8).
Dengan keterbatasan tapi berbekal visi mendirikan pesantren bertaraf Internasional, Kiai Asep memulai mengajar 23 santri di bawah terop. “Awalnya tidak ada bangunannya, hanya rumah kecil. Saya gunakan untuk asrama putri untuk 23 anak, ditembel oleh gedek dan kertas minyak. Sekolahnya di bawah terop tapi namanya madrasah bertaraf internasional,” tutur Kiai Asep.
Kendati fasilitasnya amat terbatas, Kiai Asep meyakini pesantren yang dia dirikan kelak akan jadi pesantren bertaraf internasional. “Untuk sementara madrasah yang saya dirikan ini jadi madrasah yang terbaik di Indonesia. Selanjutnya saya ingin jadi sentral kebudayan dan pendidikan dunia,” ungkap Guru Besar Sosiologi UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Hanya dalam 11 tahun, Pesantren Amanatul Ummah berhasil menjadi salah satu pesantren terbaik di Indonesia. Kiai Asep menyebut pada 2017 madrasahnya menjadi sekolah paling favorit di Indonesia, lalu pada 2018 menjadi sekolah yang sistem pendidikannya paling baik di Tanah Air.
Kemudian pada 2019 mendapatkan penghargaan sebagai pesantren modern inspiratif nomor 1 di Indonesia di atas Pesantren Gontor, Darunnajah, dan Al Amien Prenduan.
Kini, Amanatul Ummah memiliki puluhan ribu santri yang setelah lulus diterima di perguruan tinggi favorit di dalam dan luar negeri. “Menurut saya, penilaian itu dari kualitasnya. Anak-anak kami tidak sulit diterima di ITB, UI, Unair bahkan ke Jerman, Rusia hingga China,” klaim Kiai Asep.
Pesatnya kemajuan pesantren yang didirikan Kiai Asep, ternyata tak hanya mengundang apresiasi namun juga cibiran berbagai pihak. Kiai Asep mengaku mendapat banyak tuduhan negatif sampai-sampai dikira memelihara tuyul.
“Selalu ada pertanyaan dari mana uangnya? Ada yang bilang barangkali Kiai Asep dapat kucuran dari Bank Century. Belakangan ada yang mengatakan, mungkin Kiai Asep punya percetakan uang palsu. Karena pesantrennya berada di hutan. Terakhir ada yang mengatakan berapa tuyul yang dimiliki Kiai Asep,” ceritanya.
Lantas apa rahasia Kiai Asep bisa memajukan pesantrennya? Kiai Asep mengaku bekalnya hanyalah tawakkal sehingga berbagai ikhtia,r serta usaha yang dilakukan bisa menghasilkan profit miliaran rupiah.
“Tawakkal itu tentu terdiri dari ikhtiar dan doa maksimal. Setiap hari sebelum subuh saya selalu salat hajat dan berdoa setidaknya 20 menit dalam sujud,” pungkas Kiai Asep. (ahmad)