IPOL.ID – Banyaknya penyampaian informasi yang berseliweran di linimasa, mengakibatkan chaotic information. Penyampaian informasi tersebut, secara jangka panjang dapat menyebabkan perubahan di berbagai bidang kehidupan manusia. Mediasi informasi yang terus berubah inilah yang dinamakan mediatisasi.
Demikian pesan yang mengemuka dalam orasi ilmiah berjudul ‘’Transformasi Mediatisasi Informasi dan Implikasinya di Era Digital” yang disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Indonesia (UKI) Chontina Siahaan. Hal itu ia sampaikan saat pengukuhan Guru Besar bertempat di Auditorium Grha William Soeryadjaya, UKI Cawang Jakarta (11/11).
“Dan saat ini, ketika era digital semakin mencuat, mediatisasi berimplikasi menjadikan masyarakat semakin bergantung pada teknologi,” ujar Chontina Siahaan.
Menurutnya, tingkat keterkaitan media dan keterkaitan sosial dasar dapat memberikan sumber pendapatan dan keuntungan. Dampaknya tidak hanya aspek kehidupan material saja tetapi juga ruang material dari kehidupan sosial itu sendiri.
“Media menjadi semakin berpengaruh, terutama pada pembentukan jenis budaya dan lingkungan sosial baru yang menjadi tempat kita hidup, hal ini terjadi karena peran media yang berubah menimbulkan kondisi saling ketergantungan manusia terhadap teknologi ini,” jelas Chontina.
Selanjutnya ia menerangkan bahawa implikasi mediatisasi ada tiga. Pertama media menjadi sangat rekursif. Yang kedua adalah keterkaitan sosial dasar di mana aktor yang tadinya mampu bertindak secara mandiri, kini menjadi tergantung di era digital. Dan yang ketiga adalah refleksitas diri ditandai dengan semakin terbukanya manusia terhadap kecemasan yang timbul akibat mediatisasi sehingga terjadi pergeseran norma.
Sayangnya, lanjut Chontina, saat ini Indonesia hanya menjadi negara pasar saja. Indonesia menjadi pangsa yang menggiurkan bagi perusahaan platform digital global di mana Indonesia dikenal sebagai salah satu negara paling konsumtif dalam bermedia sosial dan menggunakan gawai. “Indonesia secara global hanya diperhitungkan sebagai pasar produk teknologi informasi dari negara lain, sebagai objek eksploitasi industri global,” ujarnya.
Dhaniswara K. Harjono sebagai Rektor UKI turut bangga atas keberhasilan Chontina meraih gelar Profesor/Guru Besar dalam bidang Ilmu Komunikasi. “Prof. Chontina Siahaan merupakan Guru Besar pertama dalam bidang ilmu komunikasi di UKI. Kami berterimakasih kepada LLDikti Wilayah III atas dukungannya dan ucapan syukur kepada Tuhan atas anugerah ini, karena tidak mudah dalam mencapai Jenjang Jabatan Akademik ke Guru Besar,” ujar Dhaniswara.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III DKI Jakarta, Paristiyanti Nurwardani, mengapresiasi pencapaian Prof Chontina dan UKI yang terus mendukung peningkatan tenaga pendidiknya.
“Kami ucapkan selamat kepada Prof. Chontina Siahaan, selamat menginspirasi Indonesia dan dunia. Harapan kami, Guru Besar dapat mendampingi rekan kerja yang sudah Lektor Kepala untuk menjadi Profesor. Peningkatan kualitas perguruan tinggi ditentukan oleh dosen, maka harus memiliki strategi meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Para Guru Besar dapat diberikan fasilitas untuk berkarya mempertahankan keunggulan UKI,” tutur Paristiyanti. (timur arif)