IPOL.ID – Berdasarkan penelitian, lautan yang menyediakan 97% air dunia, membuat bumi tetap hidup. Lebih dari satu miliar orang mengandalkan lautan sebagai sumber pangan protein utama. Dan manusia bergantung pada lautan karena penghasil oksigen dan sekaligus menyerap CO2. Diyakini bahwa sebagian besar sampah plastik yang tidak dibuang ke TPA atau tempat pembuangan sampah lainnya akan berakhir di lautan. Masalah utama yang merusak ekosistem laut adalah polusi plastik. Lantas apa dampaknya bagi kehidupan kita? Yang pasti sampah plastic membahayakan kesehatan laut, satwa laut, kesehatan manusia, keamanan dan kualitas pangan, pariwisata pesisir, serta menyebabkan perubahan iklim.
Berapa Banyak Plastik Di Lautan?
Meskipun sulit untuk memperkirakan jumlah pasti plastik di lautan, studi terbesar hingga saat ini memperkirakan ada 5 triliun partikel plastik yang mengambang di air. Plastik dalam jumlah besar telah terkumpul di seberang lautan, bahkan di wilayah laut dalam yang dulu diyakini tidak terganggu oleh manusia.
Jumlah polusi plastik di lautan kita mencapai 268 ribu ton, atau setara 38 ribu gajah Afrika. Plastik dibagi menjadi tiga ukuran oleh peneliti laut Marcus Eriksen dan timnya: mikroplastik (4,75 milimeter dan kurang), mesoplastik (4,75 hingga 200 mm), dan makro plastik (lebih dari 200 mm). Diperkirakan pada 2040, sebanyak 29 juta metrik ton sampah plastik diperkirakan akan masuk ke lautan setiap tahun, hampir tiga kali lipat dari jumlah saat ini.
Bagaimana Plastik Berakhir di Lautan?
Plastik yang kita buang bisa berakhir di lautan, meski Anda tinggal ratusan mil dari pantai. Begitu berada di lautan, plastik terurai dengan sangat lambat, membentuk fragmen mikroskopis yang dikenal sebagai mikroplastik yang dapat memasuki rantai makanan laut dan sangat merusak spesies laut.
Sekitar 80 persen dari polusi plastik di dunia diperkirakan berasal dari penggunaan lahan, dan 20 persen dari kapal laut. Plastik sebagian besar hampir tidak terlihat. Manik-manik sangat kecil yang digunakan dalam produk kosmetik seperti pasta gigi dan pencuci muka adalah yang paling populer. Selain itu, plastik yang Anda yakini berakhir di tempat pembuangan sampah bisa jadi menyusup ke sungai dan laut dengan cara tertiup angina dan mengalir di saluran atau sungai sehingga berakhir ke lautan.
Pengaruhi Satwa Liar
Menurut badan lingkungan PBB, dikutip worldatlas, setidaknya 800 spesies dilaporkan terkena dampak limbah laut di seluruh dunia, dan 80 persen penyebabnya adalah plastik. Selain menumpuk di lautan, plastik merupakan material yang paling banyak merugikan biota laut. Ikan, burung laut, dan hewan laut terluka atau terbunuh oleh sampah plastik di lautan. Secara global, pencemaran plastik laut berdampak pada setidaknya 267 spesies, termasuk 86 persen dari semua spesies penyu, 44 persen dari semua spesies burung laut, dan 43 persen dari semua spesies mamalia.
Karena polusi plastik yang meluas di banyak pantai, terjadi penurunan tingkat reproduksi penyu karena perubahan suhu pasir tempat inkubasi terjadi. Selain itu, sampah plastik membunuh hingga satu juta burung laut setiap tahun.
Seperti penyu, burung laut mengonsumsi plastik, menempati ruang di perutnya dan kadang-kadang dapat menyebabkan kekurangan gizi. Banyak burung laut ditemukan mati dengan bahan ini masih ada di perutnya. Para ilmuwan memperkirakan bahwa pada tahun 2050, 99 persen dari semua spesies burung laut akan mengkonsumsi plastik, naik dari perkiraan saat ini sebesar 60 persen.
Pada akhirnya, ini tentang kita. Apakah kita berniat membuang sampah sembarangan atau tidak. Semuanya berpotensi selalu ada bahaya plastik yang kita buang akan berakhir di laut. Pada tahun 2050, para ilmuwan memproyeksikan bahwa berat plastik laut akan melebihi berat total semua ikan di laut kecuali ada tindakan segera untuk mengatasi masalah penting ini. Langkah kecil kita bisa membawa perubahan besar. Jadi mulai sekarang, yuk kita kurangi penggunaan plastik. (timur)