Ada yang bilang kunci itu dipegang oleh orangtua (bapak) si puteri yang ketika itu pergi perang melawan Portugis, dan mengunci pintu bungker tersebut dari luar. Sayangnya orangtuanya gugur di medan laga, dan tak pernah kembali.
Akibat serangan dahsyat antara Portugis dan lanun, benteng itu roboh menutupi tempat kunci rahasia. Menyebabkan dara terkubur dan meninggal. Adapun sembilan dara yang meninggal dalam benteng diatas adalah, Mayang Sari, Cempaka, Aisyah, Rubaiyah, Samsidar, Zainun, Kamariah, Siti Hawa dan Zubaidah.
Sumber lain mengatakan, yang memegang kunci benteng Batin Hitam adalah ayah dari sembilan dara. Ada juga yang mengatakan, kesembilan dara tersebut bukan kakak beradik melainkan dara-dara pada masa itu.
Akibatnya, anak gadisnya yang tinggal di dalam bungker bersama delapan wanita lainnya tidak dapat keluar, dan diduga sudah meninggal. Hal ini disebabkan sudah berbulan-bulan ditinggal pergi dan tidak ada yang membuka bungkernya.
Penduduk mengkeramatkan tempat itu dan menyebutnya sebagai makam Dara Sembilan karena jumlah wanita yang meninggal di dalamnya berjumlah sembilan orang. Bila dilihat dari tinggalan munggu yang ada, sepintas bentuknya mengingatkan pada benteng perlindungan (lubang jepang) yang ada di Sumatera Barat, namun hal itu perlu pembuktian dengan mengadakan ekskavasi di tempat itu serta test pit di sekitar lokasi.