Akan tetapi, kata Tatang, jika memang upaya dan iktikad Arema FC tersebut dianggap belum memenuhi keinginan banyak pihak, atau justru membuat tidak kondusif, maka manajemen akan mempertimbangkan agar klub Arema FC untuk dibubarkan.
“Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa. Jika sebelumnya kita memikirkan banyak masyarakat Malang yang hidup dari sepak bola utamanya Arema FC, seperti UMKM, pedagang kaki lima sampai usaha kecil lainnya. Tapi jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak,” katanya.
Pasca tragedi Kanjuruhan, Arema harus menerima sanksi dari Komite Disiplin PSSI yaitu dilarang melakoni laga kandang di Malang hingga akhir musim ini.
Situasi makin tak karuan lantaran Arema FC susah mencari kandang di Liga 1 karena ditolak bermain di mana-mana.
Bahkan, aksi kekerasan juga alami Arema usai pertandingan dengan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Bus Arema FC dilempari batu hingga menyebabkan kaca pecah dan beberapa pemain terluka. (Far)