Oleh: Bagong Suyoto
Ketua Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup dan Persampahan Indonesia (YPLHPI)
IPOL.ID – Selama lebih 30 tahun saya mendamping komunitas-komunitas akar rumput, terutama yang dianggap miskin, seperti pemulung, buruh sortir sampah, pengepul sampah (kecil), penjual genteng dan material bekas bongkaran bangunan, percetakan/sablon skala kecil, pedagang kaki lima, pedagang keliling, pembuatan keripik singkong atau pisang di kampung, dll di Kawasan sekitar pembuangan sampah.
Saya mengombinasikan pendekatan advokasi dan income generating. Karena tidak mungkin orang miskin, tidak bisa makan kalau tidak bekerja sehari, dua hari hanya diberi ceramah, didoktrinasi atau diberi ajaran-ajaran pembangkangan. Perut mereka harus diisi nasi agar otaknya bisa berpikir jernih.
Dari hasil pendampingan dan fasilitasi tersebut ada beberapa yang sukses. Salah satunya, pada tahun 2000-an ia (tidak disebut namanya) adalah tukang sortir sampah ketika saya memulai usaha pencacahan plastik di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Sebelum jadi tukang sortir sampah, dulunya ia bekerja sebagai pemulung.