IPOL.ID – Pengembangan sel punca di Indonesia sering kali menghadapi banyak tantangan, salah satunya karena penelitian sel punca yang masih dilakukan secara individual. Untuk mengakomodir tingginya minat para peneliti sel punca, diperlukan adanya kerja sama dari berbagai pihak agar pelaksanaannya dapat terintegrasi dengan baik.
Oleh karena itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) berkolaborasi agar dapat mendukung pertukaran dan penyebaran informasi serta ide-ide yang berhubungan dengan sel punca, sel, dan turunannya. Dalam Collaborative Seminar and Workshop Series BRIN-ASPI 2023 “The Rising Tide of Stem Cell Elaboration: Creating a Bigger Platform for Research and Community” belum lama ini.
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti, mengatakan bahwa teknologi, riset, dan ilmu pengetahuan akan terus maju dan berkembang pesat seiring berjalannya waktu.
“Dengan segala potensi riset dan inovasi yang dimiliki Indonesia saat ini, BRIN berperan mewadahi para peneliti melakukan riset hingga kolaborasi guna mendukung kemajuan penelitian dalam bidang medis, terutama di bidang pengembangan produk sel punca,” ungkap Indi, seperti dikutip dalam rilis BRIN di Jakarta, pada pekan lalu
Dilansir dari Journal of Stem Cells and Regenerative Medicine, bahwa pengertian sel punca (Stem Cell) adalah suatu sel yang memiliki kemampuan untuk memperbaharui dirinya sendiri (self-renewal) serta kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel. Meskipun sel punca merupakan sel yang belum terdiferensiasi, sel punca dapat menghasilkan sel yang terspesialisasi, seperti sel otot jantung, sel darah atau sel saraf (Journal of Stem Cell Research and Therapy).
Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN, Masteria Yunovilsa Putera menjelaskan, riset tentang sel punca telah lama dilakukan dan dikembangkan oleh periset BRIN. Dirinya merinci bahwa dalam perjalanan riset tersebut, mereka telah menghasilkan publikasi dan paten.
Pertama, Teknologi mikroenkapsulasi berbasis alginat dapat memelihara viabilitas sel punca mesenkim (Journal of Stem Cell Research & Therapy dan Galenika Journal of Pharmacy), di mana aplikasinya akan digunakan untuk terapi luka kronis;
Kedua, sitokin dan faktor pertumbuhan dapat mendiferensiasikan sel punca mesenkim menjadi sel osteosit (Journal of Stem Cell Research and Therapy) dan Paten terdaftar (S00201800977) serta sel kondrosit (Paten terdaftar No P00201911582);
Ketiga, tim periset BRIN melakukan penelitian sel punca mesenkim terkait aging (H A Y AT I Journal of Biosciences dan Medical Science Monitor Basic Science); Keempat, Proses Produksi
Conditioned Medium dari Human Adipose Tissue – Derived Mesenchymal Stem Cells (CM-hATDMSCs) yang Mampu Menghambat Penuaan Dini pada Sel Fibroblas yang Diinduksi H2O2 telah diperoleh 1 paten granted (No. IDP000081367).
“Untuk itu kami berharap melalui kegiatan ini dapat mewadahi pertukaran dan penyebaran informasi serta ide-ide untuk mendukung riset sel punca di Indonesia, mengintegrasikan berbagai pihak yang berkaitan dengan riset sel punca di Indonesia, dan mendukung terwujudnya kolaborasi antarpara peneliti untuk meningkatkan kemajuan riset sel punca di Indonesia,” rinci Masteria.
Sebagai informasi, selain seminar ada pula workshop berseri selanjutnya yang akan berlangsung dalam 3 sesi, yakni pada Sabtu, 14 Januari 2023 dengan tema: “Basic MSCs In-Vitro Cell Culture: Understanding Basic Techniques of Cells Expansion”: Sabtu, 25 Februari 2023 dengan tema: “MSCs Quality Assessment: Characterization of MSC”, dan Sabtu, 25 Maret 2023 dengan tema: “Secretome Quality Assessment: Cytokine Analysis & Protein Quantification”. (timur)