“Perbedaan hasil itu akhirnya membuat banyak banyak anak bangsa menghiraukan hasil survei,” ucapnya.
Kondisi ini, lanjut dia, tentu memprihatinkan mengingat survei seharusnya menjadi instrumen ilmiah dalam berdemokrasi. Namun belakangan ini survei sudah menjadi instrumen bagi capres atau partai politik untuk membentuk opini publik.
“Hasil survei digunakan untuk menggiring opini masyarakat untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas capres atau partai politik. Disini lembaga survei sudah menjadi partisan, sehingga dalam melakukan survei sudah mengabaikan objektifitas,” katanya.
Atas dasar fakta itu, ia berpendapat bahwa hasil survei sudah tidak bisa lagi dijadikan tolok ukur untuk mengetahui popularitas dan elektabilitas capres dan partai politik.
“Hasil survei tersebut justru digunakan untuk perang opini untuk mempengaruhi masyarakat,” pungkasnya. (Peri)