Tepatnya pada pertengahan bulan Syaban yang dikenal dengan istilah malam Nisfu Syaban. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi, juz 1, hal 671).
Arah kiblat yang semula umat Muslim menghadap kala shalat yakni berada di Baitul Maqdis (Palestina). Kemudian melalui ayat ini, Allah alihkan kiblat menjadi ke Kabah (Makkah).
Diceritakan pula oleh Imam Baidhawi, ayat di atas berkenaan dengan penantian Nabi Muhammad SAW memohon dan menunggu datangnya wahyu.
Rasulullah SAW berharap, Allah SWT mengalihkan kiblat ke arah Kabah. Sebab, di sanalah tempat pertama Islam diserukan dan menjadi kiblat Nabi Ibrahim.
Hikmah peralihan kiblat
Dalam Tafsir al-Wasith, Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan terdapat 3 hikmah dari peralihan kiblat yang semulanya di Masjid Al Aqsa ke Masjidil Haram.
Pertama, ahlul kitab mengetahui kebenaran bahwa arah kiblat Nabi mereka berada di Kabah. Hal ini pula yang menjadi bahan cercaan atas Nabi Muhammad SAW yang menghadap ke Baitul Maqdis.
Sedangkan di lain sisi, kaum musyrik memandang bahwa seorang utusan dari keturunan Nabi Ibrahim diutus untuk menyempurnakan ajaran Nabi Ibrahim.
Alhasil, dengan berpindahnya arah kiblat, Allah SWT mematahkan pandangan para penentang Rasulullah tersebut.