Pastinya publik jangan diatur-atur soal figur kandidat, sebab rakyat yang paling merasakan asam dan manisnya suatu janji kandidat jelang Pemilu/Pilpres.
Soal biaya kampanye, bahwa biaya modal kampanye harus dikembalikan kepada pemodal dalam bentuk pro
“Jangan terima yang bayar” barangkali hanya menjadi slogan saja, apalagi keadaan ekonomi semakin sulit, ditambah tak sedikit kandidat yang terpilih ingkari janji kampanyenya.
Dari kandidat yang penampilannya sederhana, santun, murah senyum, dan lain-lain, rakyat punya kisahnya dan catatan khusus.
Soal modal kampanye, jarang terjadi tim sukses alami rugi alias bangkrut, sebab biasanya timses dibayar sebagai tenaga profesional atau dijanjikan jabatan dll, jika kelak kandidatnya menang.
Yang kerap alami kerugian dalam soal biaya kampanye yaitu pemodal atau bandar. Kadang kandidat juga alami kerugian finansial jika ia keluarkan modal, tapi hal ini tidak berlaku kepada kandidat yang hanya modal aji mumpung dan pelit.
Kembali ke soal Pilpres 2024, ada keyakinan publik bahwa Capres mengklaim sebagai Bacapres antitesanya Jokowi lah yang akan banyak didukung rakyat, alias akan menangkan pilpres.