Apakah benar pendapat itu?
Jawabannya belum tentu benar. Apalagi jika kita meyakini hasil beberapa lembaga survei terkait data real ketidak puasan publik kepada Jokowi sekitar 27 persen. Tentu label antitesa Jokowi akan minim dukungan publik.
Namun sebaliknya jika data survei tersebut hoax, maka bacapres yang klaim dirinya antitesa Jokowi memiliki peluang besar akan terpilih sebagai presiden sangat besar.
Pertanyaan, apakah keberuntungan Bacapres tersebut yang kemudian setelah menjadi presiden akan pro kepada rakyat? Tak ada satupun yang dapat menjaminnya.
Apapun pendapat itu, bahwa sejatinya pemilu itu harus berkualitas, harus didasari oleh kecerdasan para pemilihnya. Bukan keyakinan yang diakibatkan oleh pengaruh janji dan propaganda kandidat dan timsesnya.
Atau otomatis harus setuju dengan siapapun yang mengklaim dirinya antitesa atau bukan antitesa Jokowi, dll.
Kita harus terus kritisi siapapun Bacapres/Capresnya. Kita jangan mudah jatuh cinta melihat penampilan apalagi percaya dengan berita-berita soal keunggulan dan prestasi kandidat. Ingat ini soal nasib hidup 260 juta rakyat kedepan.