IPOL.ID – Pernyataan Megawati Soekarno Putri yang nyinyir terhadap pengajian Ibu-Ibu terus mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.
Hari ini Selasa (21/2), sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Pecinta Pengajian Ibu-Ibu (APPI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Patung Kuda Jakarta Pusat.
Massa yang didominasi oleh anggota pengajian ibu-ibu tersebt, berkumpul di depan Patung Kuda dan memulai aksinya sekitar pkl. 11.00 wib dengan menggelar orasi dan treatikal.
Ratusan massa tersebut membentangkan spanduk spanduk yang bertuliskan; “Megawati Soekarno Putri harus meminta maaf, karena melecehkan ibu-ibu pengajian,”. Ada juga tulisan lainnya yang berbunyi : “Ibu Megawati, kenapa nyinyir sama pengajian….capek deh..,”.
Menurut Ketua Aliansi Pecinta Pengajian Ibu-Ibu (APPI), Ustadzah Atin Korlas, mereka datang dari wilayah Jakarta, Bogor, dan Bekasi.
“Kami datang di sini, bermaksud menemui Ibu Megawati Soekarno Putri, agar bersedia mengaji bareng bersama kami dan tidak tidak nyinyir terhadap pengajian ibu-ibu,” tegasnya saat berorasi ditengah-tengah massa.
Pengajian ibu-ibu, dan pengajian pada umumnya, lanjut perempuan berasal dari Bogor ini, sudah menjadi tradisi di Indonesia. Ibu ibu pengajian, justru memberikan contoh kepada anak, keluarga, dan lingkungan sosialnya, untuk membangun akhlak dan keilmuan keagamaan sebagai benteng ketahanan keluarga dari gempuran ideologi liberalisme, sekulerisme, dan hedonisme yang merusak moral bangsa, khususnya generasi muda belakangan ini.
Oleh karena itu, pihaknya menyayangkan pernyataan Megawati Soekarno Putri yang terkesan mencemooh, nyinyir, dan terkesan melecehkan Ibu-Ibu yang aktif dan cinta pengajian.
Padahal Mega mantan Presiden dan Ketum DPP PDI Perjuangan, yang seharusnya menjadi contoh bagi umat dan mensupport pengajian sebagai sarana memperkuat kualitas spiritual dan moral bangsa.
APPI menolak penilaian Megawati Sukarno Putri, yang seolah-olah ibu-bu yang cinta dan suka pengajian, tidak mengurus anak dan keluarganya. Justru, ibu ibu yang rajin mengikuti pengajian, akan memberikan contoh kepada anak, keluarga, dan lingkungan sosialnya, dalam membangun akhlak dan keilmuan keagamaan sebagai benteng ketahanan keluarga.
Meski cuaca di Jakarta terik panas dan diselingi mendung karena habis guyuran hujan paginya, massa tetap semangat melakukan aksi unjuk rasa dengan menggelar orasi dan membagi bagikan pernyataan sikap mereka.
Selain melakukan aksi di depan Patung kuda, massa aksi juga bergerak melewati jalan Tengku Umar dan Diponegoro. Di depan markas PDIP dan kediaman Megawati, mereka berhenti sejenak untuk melakukan orasi diatas mobil komando aksi.
Tetapi, beberapa aparat menghalau mereka untuk melintasi kediaman Megawati di jalan Tengku Umar. Sementara di depan kantor PDIP, mereka disuruh cepat cepat pergi oleh beberapa orang tidak dikenal meski dalam pengawalan aparat. (Far)