Yudhis juga sempat menceritakan karya-karyanya yang dianggap “mbeling” atau semacam pemberontakan dari puisi-puisi kebanyakan di zaman itu. Misalnya puisi “Sajak Sikat Gigi” dan “Biarin”.
Kemudian berturut-turut Yudhis membacakan beberapa sajak dari buku kumpulan “Luka Cinta Jakarta”, “99 Sajak”, “Jangan Lupa Bercinta”, “Kuatrin, Sektet, Sains & Corona”.
Sebelum membacakan sajak terakhirnya, “Puisi Itu”, ia mengatakan: “Setelah puluhan tahun menulis puisi, baru kali itu saya bisa mendefinisikan apa itu puisi,” katamya.
Giliran berikutnya tampil rocker kawakan Renny Djajoesman. Renny tampil atraktif membacakan empat puisi Yudhis. “Baliho”, “Sumpah Air Mata”, “Di Kota Itu” dan “Di Cangkir Kopiku”.
Di tengah pertunjukannya di STAI Syekh Jangkung, Renny menantang penonton untuk menjawab pertanyaannya. “Apa judul puisi yang baru saya bacakan. Jawaban yang bener aku kasih hadiah,” katanya.
Sejenak ruang menjadi hiruk pikuk karena penonton tidak menyangka akan dapat tantangan seperti itu.
Lalu seorang wanita yang duduk di kursi bagian belakang mengacungkan tangan. ‘Sumpah Air Mata,” jawabnya.