IPOL.ID – Berkarya tidak harus melihat latar belakang pendidikan. Kreativitas tak terbatas oleh sekat kebiasaan dan hobi. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Pameo itu mungkin tepat disematkan anak muda M. Hafizh Putranto.
Hafizh Sendiri adalah lulusan Hubungan Internasional, Program Studi HI Universitas Brawijaya (UB) Malang angkatan 2018. Ia tidak berpikir harus selalu jadi diplomat. Apalagi dirinya memiliki ketertarikan di bidang wirausaha.
Hafizh Putranto melihat dari keadaan sekitar yakni masalah sampah organik yang kian banyak dan dapat mengganggu keseimbangan lingkungan membuatnya menciptakan ngalamaggot.
“Setidaknya ada tiga poin utama dalam usaha ini yakni pengelolaan sampah organik secara tepat menjadi pakan ternak berprotein tinggi dan sisanya menjadi pupuk, budidaya pengembangan produk dalam Maggot BSF, dan pengembangan produk dengan KasGot (Bekas Maggot) sebagai produk organik,” ujarnya, sebagaiaman dikutip Humas UB beberapa waktu lalu.

Ketika ditanyakan mengenai lulusan HI yang banyak menjadi duta besar ataupun diplomat, menurut Hafizh terjun dalam usaha wirausaha tetap membuatnya dekat dengan HI.
“Kalau di HI membahas decision making dan negosiasi. Ilmunya itu sebenarnya kepakai banget waktu berusaha. Bedanya cuma di ruang lingkup saja. Kalau di HI lebih ke negara sedangkan waktu usaha lebih ke usaha kita sendiri. Contoh waktu negosiasi sama peternak atau mitra usahaku, jadi kepakai,” jelas Hafizh.
Walaupun mengalami tantangan setiap harinya, Hafizh memiliki prinsip usaha yang bisa sampai besar didapatkan dari bagaimana bisa manajemen waktu. Ketika waktu kerja maka yang dilakukan adalah bekerja dan sebaliknya ketika jam istirahat atau libur digunakan untuk istirahat atau libur.
“Dengan prinsip seperti itu usaha ngalamaggot berhasil mendapatkan Youth Entrepreneur Brawijaya 2022, bahkan kami tidak berekspetasi bakalan masuk dan lolos pendanaan,” katanya.
Hafizh dan timnya juga juga menerapkan prinsip One Man’s Trash Is Another Man’s Treasure, yakni apa yang kamu buang bisa jadi itu sangat berharga bagi orang lain. Sampah organik yang kamu pandang sebelah mata bisa jadi berharga secara ekonomis.
Maggot BSF
Lantas, produk apa sebenarnya yang dikembangkan oleh Hafizh? Pada intinya, maggot merupakan larva lalat BSF, yang mengandung protein tinggi dan bebas kuman. Maggot BSF sangat disarankan dikonsumsi oleh hewan ternak kita.
Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.

Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka dibalik itu semua, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan. Bagi beberapa orang, budidaya maggot merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan. Hafizh adalah salah satunya.
Maggot BSF dibekali nutrisi yang amat baik. Kandungan asam amino dan proteinnya adalah sumber nutrisi dan zat yang dibutuhkan oleh setiap hewan ternak untuk tumbuh sehat dan kuat. Nutrisi tersebut sangat baik untuk pakan ayam, ikan, dan juga peliharaan rumah lainnya seperti burung, iguana, tokek, dan sebagainya.
Kelebihan dan manfaat maggot BSF yang lain adalah untuk perbaikan lingkungan. Selama hidupnya Maggot BSF mengonsumsi makanan organik. Ini membuat budidaya maggot lalat super ini akan membantu menekan jumlah limbah organik yang sudah lama menjadi permasalahan masyarakat dan pemerintah.
Kemampuan Maggot BSF dalam memakan limbah organik sangat luar biasa. Sejumlah 15 ribu larva Black Fly Soldier ini dapat menghabiskan sekitar 2 kg makanan dan limbah organik dalam waktu 24 jam saja. Bayangkan saja, jika satu ekor betina BSF dapat menghasilkan sekitar 600 telur, maka hanya dibutuhkan sekitar 20 ekor lalat super betina untuk menghasilkan 10 ribu larva.
Nah sahabat ipol.id, kalian tertarik juga mengikuti langkah bisnis seperti muda M. Hafizh Putranto untuk mengembangkan pakan ternak maggot ini? Semoga menginspirasi. (Timur)