Menurutnya, lembaga Komite Resiko ini mempunyai wewenang dan tanggungjawab menyusun peta risiko, memeriksa kondisi alat dan prosedur kerja, serta menyusun agenda perawatan terkait keselamatan dan keamanan fasilitas perusahaan.
“Soal manajemen risiko ini sangat penting menurut saya. Dua tahun sejak 2022 ini saja telah terjadi enam kali kecelakaan. Atau kurang lebih empat bulan sekali terjadi kasus kebakaran kilang minyak. Ini kan seperti minum obat ya?,” tegas Mulyanto.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada Menteri BUMN, Erick Thohir untuk tidak sekadar menggenjot Pertamina meraih profit dan membayar deviden tanpa memperhatikan perawatan seluruh aset yang sudah lawas dan perlu perbaikan.
“Jangan sampai fasilitas yang sudah tua tidak dimitigasi, anggaran perawatannya tidak memadai, lalu kita menerima risiko kebakaran kilang seperti ini,” tandasnya.(Peri)