Bantahan atas wajah Gadjah Mada dapat kita temukan dalam ulasan Agus Aris Munandar, arkeolog dari Universitas Indonesia yang juga peneliti Gadjah Mada. Menurutnya, patung Bima dan Brajanata lebih mewakili sosok Gajah Mada.
Bagi umat Islam di Indonesia, penggambaran kejayaan peradaban Hindu-Buddha memang lebih membekas.
Walhasil, umat merasa kerdil. Islam yang muncul di negeri kita sejak abad ke-7 Masehi ini, dianggap tak memiliki kontribusi besar.
Mengapa semua ini terjadi? Jawabannya adalah berhasilnya strategi “Nativisasi”. Nativisasi adalah gerakan untuk mengecilkan peran Islam pada sebuah bangsa dengan cara membangkitkan budaya atau sejarah keagungan pra-Islam dan secara licik, menggambarkan Islam sebagai sesuatu yang asing dan merusak kebudayaan lama. Nativisasi dilakukan oleh Prancis di Mesir dan Inggris di India, lalu diujicoba di Jawa pertama kali oleh Thomas Stanford Raffles.
Borobudur, digali kembali oleh Raffles, perwakilan Inggris ketika menjajah Indonesia. Jadi, apa kepentingan Raffles – yang bukan seorang Buddha – menggali bangunan yang sudah lama tertimbun abu vulkanik dan diabaikan masyarakat?