Dengan berbagai tingkahnya itu, Daendels dijuluki sebagai “Mas Galak” dan sering berakhir dengan adu argumen hingga ditolak para sultan terutama di Yogyakarta dan Surakarta. Jika ditelusur, apa yang dilakukan Daendels memang sangat dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai hasil didikan Revolusi Prancis yang membuatnya sangat menggebu-gebu dalam meruntuhkan sistem pemerintahan monarki.
Sebaliknya, Raffles melihat bahwa sumber masalahnya bukanlah pada sistem monarki yang diterapkan elit kesultanan. Jika ingin menancapkan kolonialisme di Nusantara, terutama di Jawa, maka yang dihadapi adalah Islamnya.
Walhasil, mulailah ia menggagas penggalian-penggalian jejak arkeologi seperti candi-candi di Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Padahal, candi-candi ini sudah lama ditinggalkan.
Thomas Stamford Raffles. Sebagai bagian dari nativisasi sekaligus bukti keseriusannya atas upaya menaklukkan Nusantara, ia menulis buku “The History of Java”.
Kesulitan penjajah menaklukkan Nusantara terbukti dengan terbantahnya isu penjajahan selama 350 tahun. Sebab, sampai tahun 1904 saja, sultan Aceh, Bone, dan raja-raja Bali masih gagah menolak tunduk kepada penjajah.