IPOL.ID – Muhamad Nur, 36, dan Wahyu Wulandari, 26, keduanya tunanetra senang membantu sesama pada momentum mudik Idul Fitri 1444 Hijriah/2023, di Terminal Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Senin (24/4).
Sejak arus mudik Idul Fitri 1444 Hijriah, keduanya menjadi pemijat terapis bantuan pada posko mudik Baznas Bazis DKI Jakarta di Terminal Kampung Rambutan.
Di posko mudik Baznas Bazis DKI Jakarta yang berada di ruang tunggu keberangkatan Terminal Kampung Rambutan, keduanya memberikan layanan pijat relaksasi gratis.
Ketika calon penumpang/pemudik yang sedang menunggu keberangkatan, awak bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), pegawai Perusahaan Otobus (PO), hingga petugas jaga pun antre untuk menunggu giliran dipijat relaksasi.
Di saat banyak orang mudik dan bercengkerama bersama keluarga saat Idul Fitri 1444 Hijriah, Nur dan Wulandari sibuk membantu warga di Terminal Kampung Rambutan.
Pada Senin (24/4) sejak pagi hingga sekitar pukul 11.00 WIB, Nur telah memijat delapan orang yang datang ke posko mudik Baznas Bazis DKI Jakarta di Terminal Kampung Rambutan.
Selain berkesempatan membantu sesama, Nur senang karena menjadi pemijat di posko mudik dia mendapatkan penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sebab, saat pandemi Covid-19 dan pemerintah melarang aktivitas kontak erat, seluruh pelanggan Nur hilang. Tak ayal Nur harus menggunakan seluruh uang tabungannya demi bertahan hidup.
“Pernah dulu sampai satu minggu enggak ada panggilan (mijat). Kalau sekarang sudah alhamdulillah, ada satu, dua panggilan mijat. Mijat di sini (posko mudik Baznas Bazis) juga alhamdulillah,” ucap Nur, Senin (24/4).
Nur pun berharap semakin banyak pihak seperti Baznas Bazis DKI Jakarta yang membuka lapangan pekerjaan untuk para disabilitas agar dapat hidup mandiri.
Bukan tanpa sebab, banyak pihak yang memandang sebelah mata kepada disabilitas sehingga mereka harus berupaya ekstra untuk mendapat pekerjaan demi bertahan hidup.
“Harapannya semakin banyak pihak yang menciptakan lapangan kerja baru untuk tunanetra. Karena sekarang panggilan mijat keliling juga sudah enggak seramai dulu,” harap Nur.
Ketika ditanyakan mengenai kesannya sejauh ini memijat di Terminal Kampung Rambutan?
“Sudah satu minggu di sini sebagai terapis pijat. Kesan-kesannya senang bisa membantu pemudik di sini merelaksasikan badan biar enggak pegal-pegal,” timpal Wulandari, Senin (24/4).
Sebagai pemijat di posko mudik Baznas Bazis DKI Jakarta, kemampuan Wulandari sudah tidak diragukan karena sehari-harinya dia bekerja sebagai terapis pijat dan bekam.
Kemampuan Wulandari memijat didapat dari pendidikannya selama di Panti Sosial Tunanetra Bina Cahaya Bathin, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati.
“Kalau di sini area yang dipijat pundak dan leher, durasinya selama 15 menit. Biasanya yang datang itu pada merasa pegal-pegal, masuk angin. Kalau keluhannya kolesterol dan lain kita kasih obat,” ujarnya.
Layanan pijat gratis diberikan Wulandari di posko mudik Terminal Kampung Rambutan disambut antusias. Terbukti dari banyaknya warga yang antre untuk mendapatkan layanan.
Wulandari menjelaskan, pada Senin (24/4) atau H+1 Idul Fitri 1444 Hijriah sejak pagi hingga sekitar pukul 11.00 WIB, dia sudah memijat sebanyak 10 orang di posko mudik Baznas Bazis.
“Karena sudah biasa mijat jadi senang saja. Saya di sini sudah dari tanggal 18 (April). Dari Baznas Bazis sendiri dapat bayaran untuk mijat di sini (posko mudik),” tuturnya.
Wulandari berharap dengan kehadirannya di posko mudik dia dapat merubah anggapan masyarakat yang masih memandang disabilitas sebelah mata.
Dia berharap penyandang disabilitas lain, khususnya yang masih berusia muda dapat memiliki semangat dan tidak kehilangan cita-cita untuk mewujudkan mimpi mereka.
Wulandari yang tidak terlahir dalam kondisi tunanetra mengakui saat awal menjadi disabilitas mentalnya sempat terpuruk, tapi pulih berkat dukungan orang-orang terdekat.
“Harus percaya dengan agama kita sendiri. Kita harus bisa membuktikan kalau kita bisa, memiliki kemampuan. Kalau kita punya keinginan dan kemampuan pasti cita-cita terwujud,” tukas Wulandari.
Pengalaman dapat membantu sesama saat mudik Idul Fitri 1444 Hijriah di Terminal Kampung Rambutan juga dirasakan Nur yang menjadi terapis pijat di pos mudik Baznas Bazis.
Meski memijat orang bukan pengalaman baru bagi Nur yang sehari-harinya menjadi pemijat panggilan, tapi pengalaman seperti di posko mudik Baznas Bazis DKI Jakarta baru kali ini dirasakan.
“Senang, sekalian bisa tambah pengalaman juga. Mudah-mudahan kalau ada umur dan kesempatan tahun depan bisa diajak Baznas Bazis lagi untuk mijat seperti ini,” pungkas Nur. (Joesvicar Iqbal)