Kepala Puskesmas Wuasa Helvie Etmawati membenarkan hal itu.
“Jadi kami selama ini terhambat dengan obat. Dan sekarang obat sudah habis setelah digunakan pengobatan. Stok sama sekali tidak ada,” tegasnya.
Obat yang selama ini dibagikan tim kesehatan kepada penderita Schistosomiasis diproduksi di Jerman yang didonasikan ke WHO untuk dibagikan ke daerah endemis schistosomiasis, seperti ke Sulawesi Tengah. Di Indonesia belum ada satu pun perusahaan farmasi yang memproduksinya.
Tidak hanya masalah kesehatan
Untuk penanggulangan demam keong, Rizanda menyerukan lebih banyak kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan.
Rizanda mengatakan bahwa pemerintah bertujuan untuk menghilangkan schistosomiasis sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2025, yang berarti kurang dari satu persen orang di daerah endemi memiliki tanda-tanda infeksi.
“Kita membutuhkan pendekatan holistik dan terintegrasi untuk mengatasi schistosomiasis,” ujarnya, “ini bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial dan ekonomi.”