Menindaklanjuti keberhasilan percobaan pembelajaran jarak jauh tersebut, tim Reaktor Nuklir Kartini kemudian mengajukan bantuan teknis kepada International Atomic Energy Agency (IAEA). Pada 2017 dan 2018 IAEA mengirimkan pakar IRL dari Argentina untuk membantu melakukan pembenahan sistem yang ada di reaktor, terutama terkait tata letak modul untuk pembelajaran. Ada tiga modul yang disiapkan, yakni operasi reaktor, mengukur daya reaktor, dan mengukur keselamatan reaktor. Tiga modul tersebut dicobakan untuk pembelajaran mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN), atau Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nukir) saat ini.
Mengapa Reaktor Nuklir Kartini cocok untuk IRL? “Karena reaktor itu memiliki daya kecil yaitu 100 kW dan tidak digunakan untuk memproduksi isotop,” tegas Umar. Isotop sendiri dalam produksinya memerlukan operasi panjang. Selain itu, jika daya sebuah reaktor nuklir besar, maka tidak bisa melihat fenomena fisika sebuah reaksi nuklir di dalamnya secara detail.