IPOL.ID – Ilmu fisika adalah sebagai salah satu ilmu dasar penting untuk bisa memahami, mempelajari, dan mengembangkan ilmu pengetahuan lainnya di berbagai bidang, salah satunya ilmu keantariksaan. Fenomena alam yang diamati di Bumi yang sangat dipengaruhi oleh gravitasi, akan berbeda dengan fenomena yang terjadi di antariksa.
Rasdewita Kesumaningrum, Peneliti Pusat Riset Antariksa menyampaikan bahwa salah satu ilmu yang digunakan dalam keantariksaan adalah ilmu fisika. “Ilmu fisika adalah sebagai salah satu ilmu dasar penting untuk bisa memahami, mempelajari, dan mengembangkan ilmu pengetahuan lainnya di berbagai bidang,” jelas Rasdewita dalam DOFIDA (Dialog, Obrolan,Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa) pada Jumat (16/06) dalam siaran persnya di Jakarta.
Berbagai eksperimen telah dilakukan di antariksa, salah satunya yaitu di wahana antariksa Stasiun Antariksa Internasional (International Space Station-ISS). “Contoh eksperimen di antariksa misalnya penanaman benih dan pengujian materi terhadap radiasi di luar angkasa,” terang Rasdewita.
Berkaitan dengan eksperimen fisika di luar angkasa, BRIN melalui Pusat Riset Antariksa bersama dengan JAXA dan negara asia pasifik lainnya mengadakan program edukasi bagi generasi muda khususnya di wilayah Asia Pasifik. Melalui program ini, mahasiswa S1 hingga S2 di Indonesia dapat mengajukan proposal eksperimen sederhana yang kemudian jika lolos seleksi, eksperimen tersebut akan didemonstrasikan melalui modul Kibo yang ada di ISS.
“Kami mengajak mahasiswa S1-S2 perguruan tinggi/universitas di Indonesia untuk ikut serta dalam program ini dengan mengajukan proposal eksperimen sederhana dan kemudian astronot mendemonstrasikan eksperimen tersebut dalam modul Kibo,” jelas Rasdewita.
Program yang berjudul Asian Try Zero Gravity (ATZG) ini dimulai dari seleksi proposal peserta Indonesia yang akan dilakukan oleh juri dari periset BRIN. Proposal kemudian akan diseleksi kembali oleh badan antariksa Jepang JAXA.
“Negara-negara peserta akan mengirimkan proposal yang telah diseleksi, untuk kemudian dipraktikkan oleh kru astronot dalam Modul Kibo di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Kami dari Pusat Riset Antariksa menjadi jembatan bagi generasi muda di Indonesia. Untuk seleksi proposal dari Indonesia akan dilaksanakan oleh juri peneliti BRIN,” jelas Rasdewita.
Lebih lanjut Rasdewita memberikan penjelasan bahwa bagi mahasiswa yang berminat mengikuti program ini dapat mengunjungi situs https://conference.brin.go.id/atzg-2023/ untuk informasi yang lebih lengkap. (tim)