Oleh: Muhammad Afifuddin Al Fakkar
IPOL.ID – Sebagai manusia normal yang melihat semakin maraknya dukungan terhadap kaum LGBT, tentu kita pernah bertanya-tanya: “Kaum LGBT itu kan sedikit ya, dan ngga akan ngaruh ke pasar bisnis. Jadi, kenapa sih banyak yang mendukung mereka? Emang apa sih untungnya?”
Di negeri mayoritas muslim seperti Indonesia, mungkin memang benar. Tapi, bagaimana dengan Amerika Serikat?
Bukan tanpa alasan perusahaan-perusahaan seperti Apple, Google, Meta, Youtube, Microsoft, Walt Disney, hingga Unilever terang-terangan mendukung gerakan LGBTIQ+. Witeck Communications melaporkan, bahwa daya beli (buying/spending power) komunitas LGBT di Amerika Serikat pada 2012 adalah USD790 miliar. Dari tahun ke tahun, jumlahnya selalu meningkat hingga mencapai USD1,4 triliun pada 2021.
Persentase penduduk Amerika Serikat yang mengidentifikasi dirinya sebagai golongan LGBT. Dari tahun ke tahun, mereka semakin percaya diri menunjukkan kecenderungannya
Itu baru Amerika. Bagaimana dengan seluruh dunia?