PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) -sebuah perusahaan konstruksi milik pemerintah Indonesia dengan saham minoritas tidak langsung di konsorsium itu- juga mempersoalkan kebutuhan modal kerja proyek, yang telah menelan setidaknya USD381,75 juta dalam bentuk pembayaran terutang, kata dokumen internal itu.
Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya mengatakan perseroan itu memiliki kemampuan finansial untuk menyelesaikan sisa pekerjaan, namun juga membutuhkan konsorsium tersebut untuk membayar pekerjaan yang sudah selesai.
Indonesia sedang bernegosiasi dengan China untuk tambahan pinjaman USD 560 juta dan meminta suku bunga 2,8 persen untuk porsi pinjaman dalam yuan, yang lebih rendah daripada tawaran China Development Bank (CDB) sebesar 3,46 persen, menurut dokumen tertanggal 18 Mei itu.
Kemungkinan penundaan lebih lanjut dan perincian lainnya dalam kedua dokumen tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan negosiasi utang sedang dilakukan dengan CDB, dengan fokus pada suku bunga.