Muhammadiyah dalam mengisi kemerdekaan dilakukan melalui berbagai aksi nyata, seperti memajukan perekonomian umat dan bangsan yang masih tertinggal. Termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan seterusnya.
“Pendidikan kita juga tertinggal human development indeks kita masih di bawah negara-negara ASEAN. Maka kita harus terus meningkatkan peran keumatan kita.” Tutur Haedar.
Tidak cukup sampai di situ, Muhammadiyah juga menwakafkan kader-kader terbaiknya dari sebelum bahkan sampai sekarang untuk memajukan umat dan bangsa.
Bahkan Presiden RI pertama, Ir. Sukarno adalah anggota resmi Muhammadiyah, yang pernah menjadi guru sekolah Muhammadiyah di Bengkulu, termasuk Fatmawati, istri Sukarno – penjahit Bendera Merah Putih yang merupakan kader Nasyiah anak dari Hasan Din, Konsul Muhammadiyah Bengkulu.
“Mungkin banyak yang tidak tahu karena adanya politik bahkan sampai alergi, padahal anggota dan pimpinan Muhammadiyah. Bisa banyak dicontohkan seperti Soedirman, Insinyur Juanda, empat kali jadi menteri satu kali menjadi perdana menteri. Bahkan menjadi penggagas dan penentu kebijakan kementerian yang diakui oleh PBB, beliau merupakan kader dan pimpinan Muhammadiyah.” Tandas Haedar. (ahmad)