IPOL.ID – Program pembangunan lumbung pangan nasional / food estate, kembali menjadi sorotan. Sejumlah pihak menyebutnya sebagai program gagal bahkan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Menurut pakar pertanian UGM, Prof. Subejo, gagasan pembangunan lumbung pangan sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman krisis pangan dunia sebenarnya sangat baik. Namun sayangnya, rancangan program ini belum cukup matang dan implementasinya terkesan terburu-buru.
“Program ini mulai digenjot pada masa pandemi Covid-19 sebagai respons cepat terhadap kondisi dunia yang saat itu mengalami krisis pangan. Karena itu agak terburu-buru dijalankan ketika sebenarnya secara desain program dan segala aspek pendukungnya belum cukup siap, masih setengah-setengah,” tuturnya sebagaimana dilansir ugm.ac.id baru-baru ini.
Subejo menerangkan, konsep lumbung pangan yang sering dikenal dengan food estate atau corporate farming memang identik dengan pengelolaan lahan pertanian dalam luasan yang besar hingga ribuan hektare, yang memproduksi komoditas pangan tertentu dengan manajemen yang baik sehingga menghasilkan produk yang seragam dan berkualitas. Pengelolaan lahan tersebut bisa diserahkan kepada korporasi sepenuhnya maupun dengan melibatkan masyarakat.