“Lantas lahirlah kompromi yang sangat indah. Soekarno menjadikan Indonesia bukan negara sekuler karena masyarakat Indonesia agamis atau beragama, Natsir juga setuju untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam” ujar Mahfud yang juga guru besar hukum tata negara itu.
“Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang maha esa, NKRI, bukan Islam dan bukan tidak beragama. Ini prismatika yang sangat indah, produk ijtihad, produk kesepakatan. Modus vivendi, mitsaqan ghalidza, yang terinspirasi Turki lama yang ottoman dan Turki modern Kemal Ataturk,” ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Dialog dengan warga dan mahasiswa Indonesia di Istanbul berlangsung di Konsulat Jenderal RI di Istanbul dan dimoderatori Konjen RI, Darianto Harsono. Peserta yang hadir antusias mengikuti paparan Mahfud yang kemudian secara bergantian mengajukan pendapat dan pertanyaan. Banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S2 dan S3 di Turki.
Sedangkan Dialog Kebangsaan di Ankara berlangsung di Kedutaan Besar RI di Ankara, banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S1 dan S2 di ibukota Turki ini. Dialog dimoderatori Pengurus PPI, Fauzul Azhim Fakhurazi.