IPOL.ID – Pemerintah telah menggelontorkan subsidi kendaraan listrik, baik mobil, motor maupun bus. Sayangnya respons dari masyarakat dirasakan masih kurang.
Subsidi yang diberikan mulai dari Rp7 juta hingga puluhan juta rupiah. Ini tergantung dari TKDN masing-masing kendaraan listrik.
Terkait industri kendaraan listrik atau EV, Rektor Universitas Dian Nusantara (Undira) Prof Suharyadi meminta masyarakat memahami kebijakan pemerintah untuk menggalakan EV.
Dia mengatakan, ajakan menggunakan EV demi Indonesia mengurangi ketergantungan energi fosil yang berpolusi. Kemudian beralih ke energi ramah lingkungan.
Menurut mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) tersebut, subsidi pemerintah bakal tak terserap jika tidak berjalan dengan kesadaran masyarakat terkait pentingnya energi ramah lingkungan.
“Persoalan penyampaian ke masyarakat tentang pentingnya transisi energi bukan cuma perpindahan dari energi fosil menjadi energi listrik. Namun berkontribusi terhadap kebijakan zero emisi,” katanya di sela-sela acara “Youth Idea Competition (YIC)” dan “IC Brev MRT International Conference” di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (3/8).
Lebih lanjut Rektor menyampaikan, kalau semua masyarakat menggunakan kendaraan maupun peralatan lain yang tidak mengeluarkan polusi, maka dunia menjadi bersih.
Terlebih, tegas dia, Sekjen PBB Antonio Guterres sudah mewanti-wanti bahwa dunia sudah tidak lagi menghadapi pemanasan global. Melainkan ada di era global boiling. “Terjadi panas yang luar biasa di dunia dengan jumlah korban yang cukup besar. Kalau kondisi tersebut tidak segera diatasi, itu akan sangat berbahaya,” tagasnya.
“Itu baru kondisi sekarang. Nah puluh tahun mendatang jika tidak ada perbaikan penggunaan energi terbarukan, dikawatirkan lebih parah lagi. Ini (EV) untuk mengantisipasi masa depan,” jelasnya.
Karena itu, ujar Rektor, dirinya probadi berharap kampus-kampus besar dengan peralatan laboratorim yang lengkap mau bersama-sama bergerak menyosialisasikan dan berkontribusi dalam percepatan terwujudnya zero emission.
“Kami juga akan mengomunikasikan ini (kendaraan ramah lingkungan) kepada masyarakat melalui disiplin ilmu sosial, sosial ekonomi, politik, lingkungan dan lainnya. Karena itu seminar ini, multidisiplin ilmu yang harus bicara dari bidangnya masing-masing,” papar Prof Suharyadi.
Pada kesempatan yang sama, pendiri National Battery Research Institute (NBRI), Prof Evvy Kartini, menegaskan pentingnya standar kompetensi terkait baterai dan kendaraan listrik.
“Ini (standardisasi) penting, karena memang harus dipelajari. Sertifikasi ini akan banyak turunannya,” ujarnya menjelaskan.
Untuk diketahui, NBRI bekerja sama dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan Queen Mary University of London, Inggris mengadakan “The International Battery Summit (IBS) 2023”.
Dilaksanakan Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada 1-2 Agustus 2023, Rektor Undira mengatakan, pihaknya tengah belajar bersama dengan pelaku industri untuk memahami tantangan dan peluang di sektor kendaraan energi terbarukan. (ahmad)