Tetapi bagi negara yang situasinya berbeda seperti Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Dampaknya akan lebih terasa karena negara-negara tersebut memiliki masalah tingkat inflasi tinggi dan pengangguran juga tinggi.
Meski begitu, Abdul menjelaskan, kenaikan harga minyak tersebut bukanlah faktor satu-satunya yang mendorong terjadinya gejolak ekonomi global. Namun terdapat faktor lain menyertainya, yaitu perang Rusia-Ukraina.
“Saya melihat kenaikan harga minyak ini sebetulnya temporer saja, tidak akan signifikan seperti Tahun 2022,” ujarnya.
Terkait kebijakan suku bunga The Fed, Abdul mengungkapkan bahwa bank sentral AS itu memiliki pengaruh kuat untuk mengubah situasi ekonomi global.
“Ketika The Fed mengubah suku bunganya tentu akan diikuti negara lain. The Fed adalah leader di pasar keuangan global. Jadi, apa yang dilakukan The Fed umumnya akan diikuti bank sentral lainnya, karena The Fed menjadi benchmark bagi negara-negara lain untuk suku bunganya. Oleh karena itu, ada istilah saat The Fed bersin maka negara-negara lain bakal mabok,” imbuhnya.