IPOL.ID – Pasar Induk Kramat Jati di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur tertutup gunungan sampah setinggi sekitar dua meter. Hingga sampah menimbulkan bau tak sedap.
Gunungan sampah tersebut tampak pada area tempat pembuangan sementara di area belakang Pasar Induk Kramat Jati yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari sejumlah los para pedagang.
Pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Ferry mengatakan, gunungan sampah yang berada dekat lapak dagangannya sudah terjadi dalam kurun waktu dua bulan terakhir.
“Sudah lama, walaupun setiap hari ada pengangkutan tapi enggak pernah sampai bersih banget. Jadi numpuk lagi, numpuk lagi sampai makin parah,” ujar Ferry di kawasan Kramat Jati, Jumat (8/9).
Meski terbiasa dengan berbagai aroma sayur mayur, para pedagang Pasar Induk Kramat Jati mengaku terganggu adanya sampah yang menggunung berada di tempat pembuangan sementara.
Selain tidak sedap dipandang, aroma dari berbagai jenis sayur mayur hingga buah-buahan busuk dari gunungan sampah tercium hingga radius belasan meter di sekitar lokasi.
“Apalagi kalau lagi ada angin, baunya terbawa sampai ke mana-mana. Bikin bersin-bersin juga, jadi terganggu. Padahal kita sudah bayar retribusi tapi kok terus menerus numpuk,” ungkap dia.
Para pedagang khawatir bila gunungan sampah tersebut terus dibiarkan pembeli ogah berbelanja di Pasar Induk Kramat Jati karena terganggu bau busuk dan kondisi becek.
Meski Pasar Induk Kramat Jati kadang sebagai sentral belanja sayur mayur dan buah-buahan, tapi faktor kenyamanan juga menjadi pertimbangan pembeli saat berbelanja disana.
“Sekarang kan bukan seperti zaman dulu yang orang-orangnya cuek bau. Pembeli sekarang sudah sadar, mereka mikir kalau lihat sampah apa barang di sini bagus dan segar,” tukas Ferry.
Terlebih beberapa tahun terakhir pemerintah menggaungkan program pasar bersih dan sehat, hal ini bertolak belakang dengan Pasar Induk Kramat Jati yang menjadi tampak kumuh.
Bila terus dibiarkan, bukan tidak mungkin kemungkinan terburuk pembeli merasa terganggu dengan gunungan sampah di Pasar Induk Kramat Jati bakal beralih berbelanja ke lokasi lain.
“Terganggu sekali, kita kan belanja mau nyaman. Katanya Pasar Induk ini punya pemerintah, harusnya kan bisa jadi contoh untuk pasar-pasar tradisional kecil lain,” tutur pembeli, Tuti.
Menurutnya, kondisi Pasar Induk Kramat Jati sekarang tidak sepatutnya terjadi karena pasar merupakan ruang publik sekaligus sentra perekonomian yang seharusnya nyaman.
Terlebih gunungan sampah di Pasar Induk Kramat Jati sudah terjadi dalam waktu lama, tapi tidak kunjung tertangani Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
“Kalau cuman kadang-kadang ada gunungan sampah mungkin kita bisa maklum. Ini setiap hari terjadi. Bukannya bau sampah itu termasuk pencemaran udara ya,” tambah Tuti.
Pihak Pasar Induk Kramat Jati selaku pengelola tidak menampik adanya keluhan terkait gunungan sampah pada tempat penampungan sementara yang berada di bagian belakang.
Kepala Pasar Induk Kramat Jati, Mardiyanto mengatakan, gunungan sampah tersebut akibat kurangnya armada truk angkut Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang bertugas mengangkut.
Pada Kamis (7/9) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto bahkan sudah melihat secara langsung gunungan sampah di Pasar Induk Kramat Jati.
“Kemarin juga Kepala Dinas (Lingkungan Hidup DKI Jakarta) ke sini dalam rangka Adipura (penghargaan terkait kebersihan). Beliau juga kemarin ke belakang (mengecek),” ungkap Mardiyanto.
Menurutnya, antara Perumda Pasar Jaya selaku pengelola Pasar Induk Kramat Jati sebenarnya sudah menjalin kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk penanganan.
Pada Jumat (8/9) hari ini rencananya pihak pengelola Pasar Induk Kramat Jati dengan Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Timur melakukan pertemuan, tapi tidak dapat terealisasi.
“Hari ini sebenarnya ada rencana pertemuan dengan pak Kasudin (Lingkungan Hidup Jakarta Timur) rencananya. Tapi infonya ada reschedule (atur jadwal ulang),” tukas Mardiyanto.
Awak media sudah berupaya mengonfirmasi penanganan gunungan sampah di Pasar Induk Kramat Jati kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto dan Humas DLH DKI, Yogi.
Kemudian kepada Kepala Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Timur, Eko Gumelar terkait tindak lanjut penanganan, tapi hingga berita ditulis keduanya belum memberikan jawaban. (Joesvicar Iqbal)