“Apalagi kalau lagi ada angin, baunya terbawa sampai ke mana-mana. Bikin bersin-bersin juga, jadi terganggu. Padahal kita sudah bayar retribusi tapi kok terus menerus numpuk,” ungkap dia.
Para pedagang khawatir bila gunungan sampah tersebut terus dibiarkan pembeli ogah berbelanja di Pasar Induk Kramat Jati karena terganggu bau busuk dan kondisi becek.
Meski Pasar Induk Kramat Jati kadang sebagai sentral belanja sayur mayur dan buah-buahan, tapi faktor kenyamanan juga menjadi pertimbangan pembeli saat berbelanja disana.
“Sekarang kan bukan seperti zaman dulu yang orang-orangnya cuek bau. Pembeli sekarang sudah sadar, mereka mikir kalau lihat sampah apa barang di sini bagus dan segar,” tukas Ferry.
Terlebih beberapa tahun terakhir pemerintah menggaungkan program pasar bersih dan sehat, hal ini bertolak belakang dengan Pasar Induk Kramat Jati yang menjadi tampak kumuh.
Bila terus dibiarkan, bukan tidak mungkin kemungkinan terburuk pembeli merasa terganggu dengan gunungan sampah di Pasar Induk Kramat Jati bakal beralih berbelanja ke lokasi lain.