Sementara Nasir Badu berkomentar, isi dan penalaran informasi dalam paradoks starbucks sesuai dengan zaman saat ini di era globalisasi. “Diharapkan bagi para peneliti, dapat mengembangkannya di bagian pengantar. Namun juga masih banyak model yang dikembangkan, sehingga ke depan dapat dimanfaatkan bagi para petani dan juga konsumen. Maka akan tercapai suatu keseimbangan antara produsen dengan perantara,” ujar Nasir.
Dalam forum tersebut juga sebagai pembahas, Muhammad Nasir Badu dari Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Diskusi dipandu moderator Ari Nurlia Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional. (tim)