“Asam humat ini biasa dipakai bersama dengan pupuk untuk meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap pupuk. Sebab, asam humat bisa memperbaiki kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan bisa diserap tanaman dengan lebih baik. Jadi, asam humat itu bisa memperbaiki media tanam, sangat penting untuk pertanian,” ujar Ferian Anggara, salah satu anggota tim peneliti dari FT UGM dalam wawancara dengan wartawan usai mengikuti penandatanganan nota kesepahaman bersama antara UGM dan PT Bukit Asam, Jumat (15/9), di Auditorium Fakultas Teknik UGM.
Riset teknologi ekstraksi asam humat dari batubara ini diakui Ferian Anggara pihaknya bekerja sama dengan PT Bukit Asam yang diketahui memiliki IUP Peranap dimana terdapat produksi batubara dengan nilai kalori rendah. “Mereka kesulitan untuk menjual produk batubaranya. Salah satu hal yang kami ajukan dengan memanfaatkan batubara peranap tersebut menggunakan ekstraksi asam humat ini,” katanya.
Dari riset yang mereka lakukan, setiap ekstrakasi satu ton batubara peranap mampu menghasilkan 50 persen asam humat (500 kilogram). Padahal, awalnya tim dari Ferian Anggara hanya menargetkan hasil ekstraksi asam humat sebesar 20 persen setiap satu ton batubara peranap. Tidak hanya itu, nilai kalori batubara pun meningkatkan sebesar 20 persen setelah dilakukan ekstraksi. “Jadi, hasil akhir dari ekstraksi asam humat batubara ini ada dua, bisa menghasilkan asam humat yang bisa kita jual dan sisanya batu baranya dengan peningkatan nilai jumlah kalori yang signifikan,” katanya.